Share for friends:

Read The Little Match Girl (2015)

The Little Match Girl (2015)

Online Book

Rating
4.06 of 5 Votes: 5
Your rating
ISBN
0439643635 (ISBN13: 9780439643634)
Language
English
Publisher
scholastic, inc.

The Little Match Girl (2015) - Plot & Excerpts

Saya selalu menyukai kisah dongeng maupun legenda. Kisah-kisah semacam itu biasanya penuh dengan hal-hal yang menggugah imajinasi dan juga rasa ingin tahu saya. Begitu juga ketika saya membaca buku ini. Saya menyimpan harapan besar untuk dapat menikmati setiap kisah yang tertulis di tiap lembarnya, tapi ternyata saya salah...Buku yang baru saja saya baca berjudul "Gadis Korek Api dan Dongeng-dongeng lainnya" yang ditulis oleh bapak dongeng dunia, Hans Christian Andersen. Beberapa kisah dalam buku ini sudah pernah saya dengar ataupun saya baca sebelumnya. Tetapi ternyata, banyak juga dongeng yang baru pertama kali saya baca.Sebagian besar dongeng yang saya baca dalam buku ini tidaklah saya sukai. Misalnya kisah cinta putri duyung kecil terhadap seorang anak manusia. Kisah yang dulu saya anggap romantis itu, kini tak berbekas di hati saya. Bagi saya, putri duyung kecil itu tidak lebih dari seorang remaja labil yang rela membuang keluarganya demi cinta (yang bisa jadi hanya cinta monyet). Sedihnya, ia juga harus kehilangan nyawanya setelah itu.Kisah selanjutnya berjudul "Angsa-angsa Liar" bercerita tentang seorang putri cantik jelita yang diasingkan oleh ibu tirinya (yang tampaknya selalu jahat di cerita manapun), karena ia tidak suka melihat kecantikan anak tirinya itu. Kakak sang putri, yang berjumlah sebelas orang diusir dari istana oleh ayah kandung mereka (yang menurut saya sangat tidak masuk akal) dan disihir menjadi angsa (tanpa sepengetahuan sang ayah juga tentunya). Sang putri akhirnya menemukan cara untuk menghilangkan kutukan kakaknya, tetapi ujung-ujungnya dia malah dituduh sebagai penyihir oleh raja yang dengan sengaja membawa dia dari tempat persembunyiannya. Tapi akhirnya si putri ini membuktikan kalau dia nggak bersalah dengan mengembalikan kutukan kakak-kakaknya, dan ia pun menikah dengan sang raja dan hidup bahagia selamanya. Kalau saya jadi putrinya sih, saya ogah banget nikah sama orang yang dengan seenaknya menuduh saya, bahkan mau ngebunuh saya... ;pSelanjutnya adalah cerita "Thumbelina". Cerita asli yang saya baca ini juga mengacaukan fantasi saya yang terbangun sebelumnya. Dari awal ceritanya saja sudah aneh. Seorang perempuan menginginkan seorang anak (wajar kalo dia menikah, lha kalo nggak? Dapet dari mana? Dari Hongkong?) Ia akhirnya mendapatkan seorang anak yang cantik jelita, namun sayangnya berukuran sangat kecil, yang sangat dia sayangi. Sayangnya, perasaan si perempuan ini, yang meskipun secara biologis bukanlah ibu kandung tetapi tetaplah ibu Thumbelina, tidak berbalas. Thumbelina yang diculik oleh seekor katak bukannya mencari jalan pulang untuk menemui ibunya yang telah merawatnya dan begitu mengasihinya, tapi malah berpetualang dan akhirnya menikah dengan peri bunga yang tampan.Cerita aneh berikutnya adalah tentang Ratu Salju, yang membawa pergi seorang anak laki-laki bernama Kay. Kay yang awalnya adalah seorang anak laki-laki yang baik hati dan tidak sombong serta penyayang, berubah secara drastis ketika kepingan cermin yang dipecahkan oeh iblis masuk ke dalam mata dan juga hatinya. Gerda, teman bermain Kay, seorang anak perempuan teman bermain Kay yang sudah sangat dekat dengannya laksana saudara kandung, pergi dari rumah demi mencari Kay. Lagi-lagi tanpa mempedulikan keluarganya ataupun nenek yang disayanginya. Lagipula, seorang anak kecil yang lugu, polos, dan baik hati itu tidak mungkin berubah secara drastis di sebuah malam bersalju hanya karena ada serpihan kaca yang sangat jahat masuk ke dalam tubuhnya kan?Hahaha, skeptis sekali ya saya ini. Soalnya, saya merasa kalau ceritanya tidak masuk akal dan tidak bisa diterima oleh akal dan pikiran saya. Padahal saya menikmati membaca kisah dongeng lainnya, seperti dongeng Pangeran Bahagia yang disampaikan oleh Oscar Wilde, maupun dongeng-dongeng lainnya. Tapi, saya tidak bisa menerima sebagian besar kisah yang ada di buku ini.Yang paling absurd, nggak jelas, dan nggak bisa dinalar dari semuanya adalah kisah tentang seorang pangeran yang mencari istri seorang putri sejati. Setelah pencarian panjang, sang pangeran akhirnya bisa menemukan putri sejati idamannya karena sang putri tak bisa tidur nyenyak gara-gara ada sebutir kacang hijau di bawah tumpukan dua puluh kasur dengan dua puluh lapis tilam bulu!! O.o What the?? =_____________=" Sekarang saya tahu bahwa untuk menjadi putri sejati anda hanya harus memiliki kulit super sensitif laksana kulit tipis telur sehingga bisa merasakan sebutir kacang hijau di balik tumpukan dua puluh kasur!!! Orang dengan kulit setebal kerbau macam saya tentunya nggak bisa merasakan itu semua... ;pRasanya nggak adil kalau saya hanya menceritakan jelek-jeleknya saja. Beberapa kisah di buku ini cukup saya sukai. Yang pertama adalah kisah yang jadi judul buku ini, Gadis Korek Api. Kisahnya cukup pendek dan sesuai dengan gambaran saya. Kisah berikutnya adalah "Baju Baru Kaisar" yang penuh dengan nuansa sindiran terhadap kaisar dan juga jajaran pemerintahan yang berhasil ditipu oleh dua orang penipu. "Kisah Rembulan" Cukup saya sukai, karena berisi cerita-cerita pendek tentang rembulan yang bercerita dengan sahabatnya seorang manusia. Manusia ini kemudian menceritakannya kembali lewat lukisannya dan juga tulisannya. Ada beberapa kisah di situ yang menyentuh hati, sementara beberapa yang lain cukup absurd.Ketika membaca dongeng-dongeng ini saya juga merasa jenuh dengan cerita putri yang sangat cantik jelita atau pangeran yang tampan dan rupawan. Seolah-olah ciri-ciri fisik menjadi faktor yang begitu berarti dibandingkan semuanya. Sebenarnya, saya teringat cerita teman saya ketika masih kuliah dulu. Kenapa dalam kisah dongeng, pangeran selalu digambarkan sebagai sosok yang tampan dan sang putri pastilah cantik jelita? Dia bilang, itu karena pada kenyataannya, pangeran dan putri pada zaman itu jauh dari sosok yang ada di dongeng. Dia bilang begitu karena diberitahu dosennya, lho. Pake nunjukin anggota kerajaan di salah satu negara Eropa segala. Dan yah... Kenyataan itu memang kejam. Mungkin itu juga yang menyebabkan banyak kisah sedih dan tragis di dongeng ini. Salah seorang dosen saya ketika di Jepang pernah berkata, bahwa zaman dulu banyak sekali anak kecil yang meninggal dunia karena wabah penyakit, kelaparan, atau hal-hal buruk mereka. Kisah mereka banyak yang diangkat menjadi tulisan, sehingga kisah asli dari dongeng-dongen itu pastilah kelam. Orang-orang zaman sekarang kemudian memberikan improvisasi sehingga kisah kelam itu menjadi happy ending. Jadi kalau begitu, live happily ever after justru diperkenalkan oleh orang-orang modern dong? Hhhmmm....Satu hal lagi yang buat saya kepikiran adalah... Apa mungkin pikiran saya sudah terkontaminasi dengan hal-hal yang logis dan realistis sehingga saya tidak bisa menikmati dongeng-dongeng yang ada di buku ini? Saya jadi teringat dengan film "Enchanted", film separo animasi separo live action garapan Disney itu. Di film itu, si pemeran utama pria kan orang yang anti sama cerita-cerita fantasi ala negeri dongeng, yang dianggapnya sangat tidak realistis. Saya nggak sebegitunya sih, saya masih menikmati kisah-kisah dongeng dan fantasi yang tidak realistis tapi masih asyik untuk diikuti.Cuma... Entah ya... Kenapa yang satu ini nggak bisa saya nikmati. Apa mungkin saya bisa lebih menikmati kisah ini jika saya membacanya ketika masih kanak-kanak dulu? Saya jadi ingin baca lagi dongeng-dongeng dari daerah Indonesia yang dulu pernah saya baca ketika masih SD. Saya ingin tahu apakah cara pandang saya berubah atau tidak? Jika ya, berarti memang ada sesuatu yang berubah di dalam diri saya. Saya selalu terbiasa dengan pola berpikir bahwa dongeng akan mengajarkan kearifan dan kebijaksanaan, sementara dongeng yang saya baca sekarang ini tak memberikan apapun bagi diri saya. Atau mungkin, memang sayanya saja yang sudah tidak cocok lagi dengan cerita-cerita dongeng semacam ini. Tapi, saya masih belum kapok. Masih terlalu cepat mengambil kesimpulan, karena saya belum membaca semua dongeng yang ditulis oleh H.C. Andersen. Saya juga belum baca dongeng-dongeng yang dikumpulkan oleh Grimm bersaudara. Jadi, masih ada harapan untuk saya!! ;phttp://edensordreamer.blogspot.com/20...

My mother used to read it to me from a fairy-tales book we had in my library, when I was around 4 and even later. I think this is one of the most remarkable stories I remember from my childhood, for it was, as far as I remember, so emotional and sad. I cried so much along with the match-girl. The only thing that upsets me, when comes to think about it, is that I can't remember her name. On second thought, no. She did not have a name. It is, as sad as it might already sound, made the story even sadder. A lonely girl. We know so little of her, but can already identify with her situation and condition, which are both, terribly, awfully poor. Dying with no title. Dying with no name. Dying with no identity or honor. The worst of the worst, in my opinion. Dying like you are not human and does not deserve the respect - not even in a holly day: new year's eve. Do you like being a human? Sure. Do you like feeling glorified and beloved? Of course.But what is human? On the surface, it's any one of us. Good and bad and rich and poor- we are all humans. And humans make mistakes, which they are usually forgiven for. But what if that mistake had to do with the death of another human? Could this be forgiven, forgotten, understood? Well, you'd have to think about it twice before reading The Little Match Girl. Lonely, with no family but... Would you replace your family in distant lights, unreachable? No. You would risk anything in order to stay human, the way you are, your best form. Because you don't how to be something else. But you're wrong. Only a few of us are actually humans, and deserve this title. Title of endless wisdom and pride and love and tears and laughter. Not anyone can be called "human". But are you one? Probably not. Perhaps a little, book reader, for books are resource of humanity. But think about the next person in the street, think about it: you have a choice. You can be non-human and act with a bit of humanity - which is cherished and beautiful. You can be non-human and act like a monster. Men saw the little match girl. In a holly day, usually people are revealing bits of leftover humanity in them, but not to a little poor girl. She had nothing, not even herself, as for the cold and loneliness and people's darkest hearts took it away from her, and she was unable to reach it. They weren't human to her: No one helped her. And that it, for the simple, mean reason: because, why would you stop a celebration, a new year, and turn the good party mood into a day of sorrow, which you feel when coming in contact with such a poor pathetic helpless little creature? If you are a rational person, you are probably not the one to care about anybody but yourself. Well, humans are not rational - they are not robots! They are not protected, as in a magic spell, from the cold, physically and mentally. And more important, they are not protected from being completely lonely and helpless! They shall claim their right of love and trust, but as she proved to you - in order to claim something you, need two variables in the equation: one to pledge and ask, and another to hear and give. Well, no one felt like doing something nice for her. Nobody even stopped for a moment to listen, despite everything. And believe me, that wasn't because it was so cold outside. Not even because of the party they were to attend at that time. As I said: they had no reason to stop. And the result, oh, so terrible.People ignore the less fortunate. People forget that even the poorest man in the world - is fotunate comparing to another, still. Because money cannot solve your real problems and fix your emotions. I wonder, how hadn't they simpathy for the little girl? How could they leave her there?Never think that this story belong to the past, because it presumably happened in the past, when people had nothing to cover themselves with, no houses and no sympathy. Because as generations go on by and this problem hasn't been asked about and solved - it will not be fixed. Not out of nothing. You need action. You need to take the responsibility and find in yourself the mental strength to let you egoism die and help someone else, who is absolutely at your mercy, begging for you to find her and save her from life's cruelty. It is a lesson we should all internalize.It certainly broke a string inside me...Welcome to life.

What do You think about The Little Match Girl (2015)?

Not going to lie but this book made me cry. I first saw it at the library when I was about four or five. I liked the pictures of the fairies and such so I asked my mom to check it out for me. That's when I found out it was NOT a happy story about fairies. This is a for real fairy tale with a real ending. But despite the ending I remember this story well. Of course, the ending is still nice because the little girl gets to see her grandmother and the wonderful visions of heaven. I didn't understand that when I was little, but I think it still makes a good story (just have a tissue on hand).
—Rosie Preciado

The Little Match Girl is written by Hans Christian Andersen and illustrated by Rachel Isadora. The story is about a poor girl who was forced to sell matchsticks and freezes to death. This very sad story projects poverty, child labor, and child abuse, with fantasy elements. The story is well told and quite emotional. Andersen uses the child's senses to tell the story. The text is on one page within a border with the illustration on the opposite page.The illustrations by Rachel Isadora are very evocative and beautiful. Her luminous style of painting perfectly matches the story. all paintings in the story were wonderful and aligned with the storyI will read this book during small group reading time and will discuss about the childhood labor and child abuse as well.
—Salima Sikandar

As a very young child in the 1950's I saw a B & W TV movie of "The Little Match Girl". It touched my sensitive young heart so deeply that I cried as I watched it and also for several minutes after the movie ended. Any opportunity to watch this movie around the holiday as I grew up, I watched it, and cried...again.When I saw this paperback version of the movie, I bought it to read to my granddaughter. And every time I read the book to her, I cried, ...again. My granddaughter asked me why I cry every time I read this story. I guess that it brings back a piece of my childhood.This story teaches you to believe in love, hope, and goodness in the world, despite the cruelties that life may throw at you.It is a beautiful story!
—Karen Harper

Write Review

(Review will shown on site after approval)

Read books by author Rachel Isadora

Read books in category Historical Fiction