SubhanAllah. Komik ini merupakan komik humor fiksi yang mendidik para pembaca menerusi hadis-hadis sohih. Pengisiannya baik sekali - mengingatkan dengan tegas namun dipersembahkan dengan begitu santai dan menyegarkan. Ia menyentuh tentang penyakit-penyakit sosial yang berlaku dalam masyarakat kita (walaupun komik ini hasilan seorang Indonesia dan menyentuh tentang kontekstual di sana, namun pada saya kebejatan sosial yang diketengahkan turut sama semakin parah di sini). Edisi yang saya baca merupakan edisi berbahasa Melayu. Sebetulnya, saya lebih senang dan berharap untuk membaca naskhah asal yang berbahasa Indonesia. Walau begitu, komik ini tetap sampai merencanakan kepada saya bahawa terlalu banyak perkara yang semakin kita lalaikan. Salah satu hadis yang begitu mengesankan ialah peringatan bahawa kita tidak boleh mencerca makanan (dari segi nilai kelazatannya). Tidak keterlaluan juga jika dikatakan bahawa kita pasti akan disapa rasa malu saat memula baca komik ini sehingga ke muka akhirnya.Komik ini wajar dimiliki oleh setiap Muslimin Muslimat terutama kanak-kanak yang pastinya amat tertarik dengan ilustrasinya. Komik sebagai media pembelajaran memang baru belakangan ini diperkenalkan. Kekuatan visual komik niscaya menjadi nilai tambah yang membuat penyampaian pesan melalui media ini memiliki efek yang baik. Melalui unsur visual itu pula mempermudah dalam proses pemaknaan tentang teks.Kedua unsur itulah yang ada dalam komik National Bestseller dan masuk Nominasi Komik Terbaik Anugerah Pembaca Indonesia 2011. Dari judulnya saja komik ini sudah memperlihatkan identitasnya sebagai media penyampai pesan sarat makna spiritual (Semoga penulisnya diberkahi selalu). Komik ini tidak bermaksud mengajarkan. Namun, seperti lazimnya sketsa-sketsa pendek dalam acara televisi yang bermuatan religius, komik ini menampilkan contoh pengamalan nilai-nilai hadits dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bermaksud menggurui, visualisasi muatan nilai-nilai hadits mengajak pembaca untuk merenungkan kembali makna hadits tersebut. Serta mengambil pelajaran sederhana dari sketsa yang ditampilkan.Akhirul kalam, media visual sebagai media penyampai pesan memiliki impact yang lebih besar dibanding teks. Namun, perpaduan keduanya menghasilkan suatu karya yang monumental, seperti komik ini. Rasanya, belajar hadits tidak pernah semenyenangkan membaca komik ini. Kita butuh banyak komik seperti ini. Komik yang menajak kita untuk fastabikhul khoirat, berlomba menuju kebaikan.Maju terus komik dan komikus Indonesia!
What do You think about 33 Pesan Nabi: Jaga Mata, Jaga Telinga, Jaga Mulut (2011)?