Saya baca boleh ngerampok dari teman, dan nggak nyesel sama sekali. Sebelum ini teman-teman saya sudah sering berkoar-koar tentang bagusnya novel Charon, yang melambungkan ekspektasi saya. Dan sekarang saya sedikit kecewa.First, bahasanya itu lho... aseli, kaku parah. Bikin saya rada keder dan sedikit lupa kalo penulisnya asli Indonesia. I took some time to adapt, and well, I started to enjoy it as I flipped the page.Secondly, plotnya unbelievable parah. Khas Korea banget. Rada nggak logis. Kayak, mana ada anak umur 8 tahun yang ngizinin cewek nggak dikenal nginap di rumah? Yeah, cewek itu menyelamatkannya, tapi kan tetap aja....Trus saya juga rada kurang sreg sama Marissa. Dia childish, kepala batu, impulsif, dan nggak tau diri. Numpang di rumah orang kok kayaknya seenaknya banget. Dan yang lebih unbelievable lagi, Wiliam nurut-nurut aja sama dia. Saya bakal percaya sih, andai Wiliam itu anak umur 8 tahun biasa, tapi dari semua dialognya, ketahuan banget dia "dewasa sebelum waktunya". Jatuhnya jadi kontradiktif.Thirdly........ kurang panjang. Huhu. Sedih jadinya.In spite of those facts, saya tetap suka buku ini. Enjoyable dan light, khas teenlit. Diciptakan untuk dibaca di waktu sengang, di sela-sela tumpukan PR dan jadwal ulangan. Sumpah, novel ini refreshing banget, karena para penulis teenlit yang paling ngehits saat ini, semisal Luna Torashyngu, Lexie Xu, Esti Kinasih, dan Windhy Puspiradewi, cenderung berat, dark, bikin kening berkerut ceritanya. Bikin nagih sih, tapi.So here goes the stars:Cover: ★ ★ ★ ★ (SUKA BANGET, meski punya satu cacat: Wiliam kelihatan lebih gede daripada Marissa di sana).Plot: ★ ★ ★ (Banyak yang kurang penjelasan; mengapa begini mengapa begitu blablabla).Writing: ★ ★ ★ ★ ★ (Ringan, ngalir, dan ngena. I love Charon already).Characters: ★ ★ ★ ★ (Love Wiliam, hate Marissa). Judul Buku : 7 Hari Menembus WaktuPenulis : CharonPenerbit : Gramedia Pustaka UtamaJumlah Halaman : 176 halamanMarissa menatap keluar kaca mobil tanpa semangat. Ia malas karena harus ikut papinya ke pesta, padahal ia lebih suka berada di rumah. Sesampainya di depan gedung, papi Marissa mengetuk kaca jendela, mengajak Marissa turun, dengan setengah memohon, Marissa meminta agar ia pulang saja. Tapi mami Marissa kesal karena Marissa terus mengeluh, ia memintanya untuk ikut masuk. Marissa tidak ingin ikut bukan karena malas, tetapi karena ia harus bertemu Selina musuh bebuyutannya yang sudah merebut Michael, mantan pacar Marissa. Karena papi Marissa adalah sahabat papi Selina. Dengan langkah berat Marissa menaiki lift menuju lantai tiga. Sesaat setelah keluar dari lift, ia melihat Selina agak jauh di depannya, Selina sengaja datang lebih awal untuk menghina Marrisa. Marrisa merasa sakit hati, lalu ia meminta izin maminya untuk pergi ke toilet. Di sana ia menangis, tidak habis pikir Michael tega berbuat seperti ini kepadanya. Setelah beberapa lama menangis, ia keluar, dan menuju sebuah lukisan yang ada di dekat tangga yang menyita perhatiannya. Lukisan yang berukuran satu kali satu meter dan berlatar belakang berwarna hitam itu hanya berlukiskan lingkaran lingkaran berwarna merah. Marissa membaca keterangan yang ada di bawahnya. Judul : Menembus WaktuTahun Dibuat : Tidak diketahui, diperkirakan sekitar abad 17-18 Pelukis : Tidak diketahuiKeterangan : Kono lukisan ini dipercaya bisa mengabulkan sebuah permohonan.Marissa hanya tertawa kecil membaca keterangan itu. Pikirnya mana ada hal seperti itu di zaman sekarang. Sekarang ia hanya merasa kesal dengan papi dan mami yang mengajaknya kesini, dengan Michael, dengan Selina, dan Gedung Albatross. Ia tidak menyadari perbuatannya yang bicara sendiri pada sebuah lukisan. Tiba – tiba terjadi gempa bumi dan semua ruangan menjadi gelap. Gedung telah berhenti bergetar, dan Marissa mencoba membuka matanya, ia hanya melihat seisi geudng gelap gulita. Marissa meraba – raba mencari kacamatanya yang terjatuh. Ia mencari kesana kemari tidak ada orang. Lalu ia berjalan keluar gedung yang dikelilingi oleh kawat tinggi. Pandangannya tertuju pada papan putih di depannya, ia terkejut ketika membaca tulisan itu. GEDUNG ALBATROSS AKAN DIBUKA TANGGAL 6 JULI 1988. Ia kebingungan, lalu memutuskan untuk pulang kerumah. Kebetulan rumah Marissa tidak jauh dari Gedung Albatross. Tetapi selama Marissa menyusuri jalanan sekitar ruamhnya ia kebingungan karena banyak sekali yang berbeda. Saat sampai di rumahnya dan masuk, ia malah disangka maling oleh penghuni rumah, lantas ia berlari keluar rumah. Setelah pergi dari rumah itu, ia sedang melihat seorang anak berdiri di jalan. Tidak jauh dari anak itu, ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi sedang melaju. Spontan Marissa menarik anak itu dari jalanan. Tetapi anak itu malah marah, ia pergi meninggalkan Marissa. Marissa mengikutinya dari belakang karena ia tidak tahu lagi harus kemana, semuanya sangat berbeda. Setelah memohon kepada anak itu, ia pun diperbolehkan tinggal di rumah anak itu selama liburan. Marissa berjanji untuk melakukan apapun yang William minta. Di rumah, Marissa bertanya kepada William sekarang tanggal berapa. William mengatakan bahwa sekarang tanggal 29 Juni 1988. Marissa terkejut tidak percaya. Ia mengatakan bahwa ia seharusnya berada di tahun 2008, tetapi William tidak percaya. Marrisa mencoba membuktikannya bahwa di masanhya, semuanya serba canggih. Setelah beberapa lama berdebat, Marissa kesal karena anak ini terus bersikap dingin kepadanya.Malam itu Marissa tidur di kamar tamu, ia hanya berpikir bahwa ini semua hanya mimpi. Lalu ia tertidur. Keesokan harinya Marissa bangun dengan masih menggunakan baju pesta berwarna putih yang sudah kotor, yang ia pakai sewaktu pergi ke Gedung Albatross bersama papi dan maminya. Ia pergi mandi. William menyuruhnya menggunakan pakaian ibunya yang ada di lemari. William meniggalkan Marissa yang sedang memilih baju. Selesai memilih baju, ia pergi ke dapur lalu bertanya kepada Bi Ijah kemana William dan Tante Sarah. Ternyata William sudah pergi les sedangkan Tante Sarah masih belum bangun. Marissa berpikir bagaimana ia sampai ada di masa ini. Kemudian ia ingat, terakhir kali ia berada di depan lukisan itu, dan tiba – tiba gedung bergetar. Lalu Marissa bergegas menuju Gedung Albatross menggunakan sepeda. Di tengah jalan ia melihat William sedang dikelilingi anak banyak yang beusaha merbut uang jajan dari William. Marissa datang untuk membantu William. Dan sejak saat itu, Marissa berjanji untuk mengantar William les setiap hari. Selesai mengantar William les, Marrisa pergi ke Gedung Albatross, ia masuk tetapi tidak menemukan lukisan itu. Ia ingat bahwa Gedung Albatross akan dibuka tanggal 6 Juli 1988. Marrisa senang akhirnya ia bisa pulang beberapa hari lagi dan ingin mengatakan itu pada William, tetapi William pasti tidak mempercayainya. Setelah itu ia pergi ke kampus orangtuanya yang mungkin akan mempercayainya. Setelah capek mencari, ia duduk di sebuah kursi di depan gedung yang sedang direnovasi. Didengarnya suara motor dari kejauhan. Seorang laki – laki dan seorang wanita turun dari situ. Teman – teman wanita itu menyapanya, Diana namanya. Marissa terkejut karena Diana adalah nama maminya. Dan sorang laki – laki yang memboncengnya bernama Jimmy, pacarnya. Tiba – tiba ada suara besi jatuh dan akan menimpa Marissa, seorang laki – laki datang dan menyelamatkan Marissa. Dia bernama Ferry yang merupakan ayah Marissa di masa depan. Ferry sangat menyukai Diana sejak SD. Lalu Marissa memutuskan untuk membantu Ferry mendapatkan Diana. Suatu hari saat Diana putus dengan Jimmy, Marissa menyuruh Ferry untuk segera menyatakan perasaannya kepada Diana. Setelah itu hari – hari Marissa digunakan untuk mengantar les William, bermain dengan William dan melihat perkembangan kencan kedua orangtuanya. Akhirnya hari dimana Gedung Albatross dibuka tiba juga. Marissa mengajak William pergi ke pantai dan menulis surat untuk Tante Sarah. Marissa berpesan agar Tante Sarah menjaga William baik – baik. Ia juga tidak lupa berpamitan dengan Bi Ijah. Setelah Marissa selesai bermain dengan William di pantai, ia segera menuju Gedung Albatross, di sana ia menemukan lukisan itu. Marissa pun berharap ia bisa pulang. Gedung pun bergetar. Ia membuka matanya pelan – pelan.Ajaib, Marissa sudah kembali ke masa depan. Perutnya sangat lapar dan langsung menuju meja makan, di sana makanan masih tertata rapi karena acara belum dimulai. Dia mencoba semua makanan yang ada di sana. Tiba – tiba dibelakang terdengar suara seseorang memperingatkan Marissa jangan makan terlalu banyak. Orang itu ternyata William. Ia kangen sekali dengan Marissa. William sekarang adalah klient papi Marissa. Keduanya berhadapan dan tersenyum penuh arti. Keunggulan dari buku ini yang paling menonjol adalah alur ceritanya yang membuat setiap pembacanya penasaran akan kelanjutan ceritanya, juga buku ini menceritakan keadaan di Indonesia pada era 80 an. Tetapi buku ini memiliki kelemahan, yaitu warna kertas yang buram membuat mata cepat capek ketika membacanya. Ingin tahu ceritanya lebih lengkap, buruan baca!.
What do You think about 7 Hari Menembus Waktu (2010)?
3.5/5Dibanding 3600 Detik, saya lebih suka yang ini. :)
—Ash
secara keseluruhan ceritanya unik dan menarik. bagus!
—NightOwl13