Judul Buku : Empat Musim Cinta (tentang aku, kamu, dan rasa)Penulis : Adhitya Mulya, Andi F. Yahya, Hotma Juniarti, Andi Fauziah Yahya, Okke ‘Sepatumerah’, Rizki Pandu Permana, S.A.Z Al-Fansyour, Veronika Kusuma WijayantiPenerbit : Gagas MediaTebal : 174 HalamanTahun Terbit: 2010Harga: Rp30,000 (Leksika Kalibata City)Rating: 2/5“Ketika bangun di pagi hari, aku memikirkan dirimu. Ketikabersiap-siap tidur, aku memikirkanmu juga. Dan, di antara rentang waktu itu, aku memikirkan kita…..”Empat Musim Cinta berisi kumpulan cerita-cerita pendek beberapa penulis yang aku gak begitu kenal kecuali Adhitya Mulya. Berdasarkan sekilas info tentang siapa saja penulis yang ada di halaman belakang buku bisa aku ketahui bahwa penulis yang ada di kumcer ini sepertinya tidak menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama. Hampir kesemuanya menulis karena sebatas kegemaran saja, kecuali seperti kita tahu, Adhitya Mulya.Pertama kali melihat cover buku ini, aku langsung jatuh hati dengan desainnya yang berkesan teduh dan memanjakan mata. Dengan warna pink cerah bergambar jejeran pohon sakura yang berbunga indah. Bukan synopsis atau sajak yang biasa ada di belakang kaver buku terbitan Gagas Media yang membuat aku tertarik membaca buku ini, namun semata-mata karena kavernya (tentu juga karena di kavernya tertulis “Adhitya Mulya”). Jadi, pepatah don’t jugde a book by its cover seperti gak berlaku bagi aku.Berbicara tentang konsep, penyusunan kumcer ini berisi 16 cerita pendek dari 8 penulis. Masing-masing penulis menyumbang 2 cerita dengan gaya bercerita yang bervariasi. Adhitya Mulya, misalnya, menulis 2 cerita komedi di awal buku. Tentu dengan membubuhkan sedikit bumbu-bumbu romantisme pada setiap ceritanya. Sayangnya, sorry to say, kedua cerita dari penulis komedi terkenal ini gak membuat emosi aku turun naik. Terlalu ringan dan datar. Cerita menarik justru datang dari penulis S.A.Z Al-Fansyour. Dengan cerita berjudul “Pilihan Lamoreng” dan “Sekeping Hati yang Tersisa” sukses membuat aku merinding membaca twistnya. Apik dan gak mudah diduga. Cerita pendek “Pilihan Lamoreng” menceritakan tentang kehidupan suami istri Lamoreng dan Banuang. Gosip sudah sampai ke telinga Banuang bahwa Lamoreng, suaminya yang sudah lama tidak pulang ke rumah karena urusan pilkada, akan menceraikannya. Perihal cerai-mencerai itu tentu menyakitkan hati Banuang. Ia takut gossip itu akan menjadi kenyataan. Masalahnya, sebelum Lamoreng pergi, mereka sempat berdebat hebat soal siapa yang akan dicoblos pada pemilihan gubernur dalam pilkada nanti, sedang Banuang dan Lamoreng memiliki pilihan yang berbeda. Selama membaca cerita ini, rasa penasaran terus menggelitik pikiran saya. Kira-kira apakah Lamoreng akan secetek itu pemikirannya sehingga harus menceraikan Banuang hanya karena perbedaan pendapat? Apakah Banuang sebegitu keras kepalanya sehingga tetap kekeuh menolak mengikuti pilihan Lamoreng?Well, cerita dari S. A. Z ini mengingatkan saya kepada karya sastra pendek. Sangat jauh berbeda dibandingkan dengan cerita-cerita lain di dalam buku ini, yang cenderung menye-menye dan kurang berkelas. Rasanya seperti terlempar kembali ke era 90-an saat membaca kumpulan cerpen di majalah-majalah remaja yang ditulis penulis amateur.Kebanyakan cerita-cerita dalam buku ini gak ada yang membekas di ingatan aku, menandakan cerita-cerita ini gak begitu berkesan. Kurang berbobot. Malah ada cerita yang dari awal sampai akhir cerita gak ditemui dialog sama sekali! Mana setting ceritanya tentang berbau-bau sejarah begitu. Wew, bisa dibayangkan bukan, betapa membosankannya cerita model begitu?Meskipun begitu, harus aku akui setiap penulis memiliki gaya bercerita yang khas dan berbeda. Seperti misalnya, Rizki Pandu Pratama. Cerita-cerita ia bersetting suasana Eropa. Terkesan klasik. Juga Veronika Kusuma, yang menjabarkan tentang dunia pelacuran ABG dan cerita seorang yang mengidap sipilis. Lain hal dengan Okke ‘Sepatumerah’ yang menyuguhkan cerita sesuai dengan trend ABG masa kini ; semisal acara uji setia di televisi dan perjuangan cewek gendut yang terobsesi menjadi kurus. So drama, huh? Kemudian ada pula cerita ‘nyeleneh’ dari Andi Fauziah Yahya. Kenapa bisa aku bilang nyeleneh? Baca saja… hehehehe… Entah kenapa, tapi aku (mungkin) merasa terlalu tua membaca buku ini. Buku ini akan menarik (mungkin) jika dibaca oleh remaja atau kalian yang menyukai genre teenlit dan sebagainya. Ringan, santai, dan gak bikin mikir. Oh iya, pun jangan pernah bertanya kenapa kumcer ini diberi judul “Empat Musim Cinta”. Karena aku rasa itu hanya sebuah ide yang terlontar tanpa memiliki konsep berarti terhadap isi buku. Gak nyambung blass.At the end, I give my 2 of 5 stars. It’s enough for short story collection which are too commonly and almost flat. The flavor of love"... All in one. Ini kali pertama saya baca kumpulan cerpen. Ternyata asik juga. Dimulai dr satu cerita ttg cinta platonik yang bnr2 bs bikin sengsara sang pacar dlm "Dim Sum". Ribetnya efek narsis akut yg diwakili kisah si pocong gila kamera dgn hobi ngemil tukang bajaj, thd seorang sutradara film horor; sampai sebuah kisah forbidden love. Kumpulan cerpen ini habis saya lahap dlm setengah perjalanan jkt-bdg. Buku yg ringan, cukup menghibur dan walau ga terlalu inspiratif hehehe.. tp lumayan jg bwt jd temen slm di perjalanan. Drpd bengong ga keruan :-pAda 3 cerpen yg plg saya suka di buku ini : "Jalan Takdir", ttg bgm bijaksananya seorang ayah yg bs bgt memahami perasaan putrinya yg plg dalam dan bahkan tak pernah terkatakan."Sekeping hati yang tersisa", ttg sebuah cinta yg luput ternyatakan, selalu berhasil membuat tercekat memang :-) dan, "Eva mencari cinta", kisah yg mempertanyakan keberhakan semua manusia akan cinta dan kesempatan mendapatkan pemaafan dan pengampunan.Overall, quite nice stories..
What do You think about Empat Musim Cinta (2010)?
Satu bintang untuk covernya dan satu bintang untuk Dimsumnya Adithya Mulya
—HenriMaurice