Setiap hari pasti memberikan kesan yang berbeda, begitu pun hari-hari yang mengisi buku ini. Aku suka Senin yang lucu dan slenge'an. Aku suka Selasa walaupun cuma ide ceritanya. Aku nggak begitu suka dengan Rabu sejak awal kurang memikat. Aku suka Kamis yang meledak-ledak dan penuh kejutan. Aku senang Jumat yang inspiratif. Aku kurang berselera dengan Sabtu. Aku menikmati Minggu yang langsung ke sasaran dan menutup dengan nggak bertele-tele. Kalau diulas ke belakang, rata-rata cerita yang paling aku suka hanya yang ditulis oleh penulis laki-lakinya. Aan Syafrani, Valiant Budi, dan Mahir Pradana jadi 'pahlawan' di Menuju(h)! Ditulis dengan baik dan menarik. Setiap penulis memiliki peran masing-masing dan tampak tidak berusaha saling mempengaruhi. Ini yang saya suka. Tidak seperti antologi lain yang ceritanya cenderung dimirip-miripin. Menuju(h) straight dengan ide, gaya, bahkan pola pikir masing-masing penulis.Semoga tidak ada buku berikutnya dari buku ini. Atau ketujuh penulis membuat buku antologi baru. Kenapa? Saya selalu percaya kalau buku punya ruh masing-masing. Dan Menuju(h) cukuplah dengan ruh yang sekarang ini.