What do You think about Momo (1999)?
Pertama kali mendengar kata “Momo” adalah ketika saya berusia dibawah sepuluh tahun. Kata itu disebutkan oleh tante saya yang baru pulang dari Ambon. “Momo” yang Ia katakan berarti sebutan untuk sejenis hantu atau setan di Ambon. Sejak saat itu mengendaplah kata “Momo” di otak saya dan terasosiasikan dengan hantu. Hingga akhirnya saya mendengar “Momo’ digunakan untuk panggilan adik kecilku. “Momo” adalah tokoh utama dari sebuah buku yang berjudul sama dengan namanya. Kelebihan dari “Momo” adalah mendengarkan. Tidak istimewa? Menurut saya sangat istimewa. Kita selalu membutuhkan orang lain untuk mendengarkan kebahagiaan apalagi keluh kesah. Senang rasanya jika seseorang bisa mendengarkan kita dengan sepenuh hati.“Momo” dengan mata hitamnya yang besar menatap dengan sungguh wajah kita saat mendengarkan. Ia memberikan waktunya untuk benar-benar mendengarkan ocehan kita yang selalu ia anggap penting. Sering rasanya kita mendengarkan orang lain tidak dengan sungguh-sungguh, terkadang kita mendengarkan orang lain sambil mengerjakan suatu hal lain. HIngga tercetuslah sebuah ungkapan “masuk kuping kanan keluar kuping kiri’ yang berarti asal lewat saja tanpa mengendap.Dengan didengarkan, kita merasa diri kita diakui dan dihargai. Terkadang bukan nasihat atau tanggapan yang kita perlukan saat berkeluh kesah kepada orang lain. Kita hanya butuh didengarkan, melepaskan apa yang memberatkan hati.Petualangan “Momo” di buku ini diceritakan begitu seru dan mengandung pesan yang baik. Pesannya adalah bagaimana kita menghargai waktu dengan sebaik-baiknya. Bukan dengan cara mengartikan waktu sebagai uang tapi waktu sebagai milik kita sendiri. Ungkapan “waktu adalah uang” tersebut membuat banyak manusia berkutat dengan kehidupan yang menjemukan. Karena hanya uang, uang, dan uang yang diutamakan dalam hidupnya.Kesibukan mencari uang melupakan diri kita kepada keluarga dan teman-teman. Kegiatan mengunjungi orang tua atau berkumpul dengan teman dianggap sebuah kesia-siaan. Bersenang-senang menjadi hal yang sulit untuk dilakukan dan canda tawa menjadi suatu hal yang jarang ditemukan. Semua hidup sendiri-sendiri tanpa tegur sapa dan ramah tamah. “Momo” berusaha untuk merubah itu semua. Berhasilkah ia? Yuk kit abaca buku ini, sebelumnya saya berikan teka-teki yah seperti yanga da di dalam buku ini:”DI suatu rumah tinggal tiga bersaudara, namun tampang mereka tiada serupa, ketika mau membedakan mereka bertiga, maka yang satu menjadi mirip yang dua. SI Sulung sedang tidak ada, dia baru mau pulang ke rumah. SI tengah sedang tidak ada, rupanya dia pergi sudah. Di rumah hanya si Bungsu yang ada, sebab takkan ada yang dua tanpa dia. Tetapi si Bungsu yang dimaksud oleh kita, ada hanya karena si Sulung jadi si nomor dua. Dan setiap kali kita memandangnya, yang tampak selalu salah satu kakak. Sekarang katakanlah apakah yang tiga itu hanya satu? Atau hanya dua? Atau malah sama sekali tidaka da? Jika kau sanggup menyebut nama mereka, kau akan mengenali tiga raja yang sangat berkuasa. Kerajaan besar mereka perintah bersama-yangs ekaligus merupakan jati diri mereka.”“Apa yang dimaksud dengan kerajaan besar yang diperintah oleh mereka bertiga, yang sekaligus merupakan jati diri mereka?”
—Harun Harahap
Momo is a classic story that is known as a children's book, yet I believe that adults may even glean more from its reading than younger folk. Momo is written by Michael Ende, the author who is most known in the US for having written The Neverending Story. When I was younger, and my mother ran an independent children's bookstore, she ordered a case of this book, and gave a copy to all of her friends and colleagues.This is a modern day fairytale, about a little girl named Momo, who moves into a ruined amphitheater on the edge of a Italian-style town. She is a remarkable individual, who lives in poverty, yet her life is rich with friendship and love. Momo has a unique skill of deep listening. Soon all the villagers learn that when they are not getting along they should "go and see Momo". Through Momo's friendship, her friends find peace, community, and creativity. Her gift of listening to them until the truth unveils itself brings her to be surrounded by many friends who bring her food, tell her stories, and help care for her in her adopted home.Life changes quickly in the village, when the Men in Gray infiltrate their life, hypnotizing people to save time. In their Time Saving Banks, they steal people's time, and smoke it in gray cigars that they are never seen without. Yet, no one remembers ever seeing the Men in Gray, except Momo, who cannot be hypnotized by the lures of timesaving because she is content with being who she is and loves to spend time with her friends. Eventually, everyone is entrapped by the Men in Gray, and only Momo can save them.Even Momo's two best friends, Guido the Guide and Bebbo Roadsweeper, have been seduced by the Men in Gray. Luckily, she has help from two new friends Cassiopeia, a tortoise who can see precisely half-an-hour into the future and can spell words across her shell to communicate, and Professor Secundus Minutus Hora, who is the steward of the universal source of time.This is an incredibly magical story which I dare not tell you more of lest I ruin the story for you. You must read Momo for yourself.
—Kara Maia Spencer
"El verdadero tiempo no se puede medir por el reloj o el calendario."#2015ReadingChallenge: #44. A book that was originally written in a different language.Más bien 3.5 (:Me topé con Momo hace dos años. Mi profesora de literatura nos hizo leerlo como parte del plan lector. Mi amigo siempre decía que Michael Ende debió estar totalmente fumado cuando escribió el libro, porque le parecía ridícula la idea de robar el tiempo a las personas. Yo creo que el autor (en mi edición dice el propio Ende que un misterioso hombre le contó la historia de Momo y él simplemente la publicó) es brillante. Me parece una metáfora muy acertada de lo triste que se volvió el mundo, de cómo ahorrar tiempo -¡supuestamente!- es preferible a disfrutarlo.A veces (más seguido que a veces, confieso) la historia se volvía bastante densa. El estilo de la narración es sencillo, pero en varias ocasiones Ende se enrevesaba demasiado con descripciones interminables, párrafos repetitivos y páginas enteras insignificantes, pero, por suerte, llegando al final supo llevarlo todo tan bien que me desesperaba por conocer el desenlace. Los personajes no son muy profundos, pero creo que así están mejor. Momo es simpática, Beppo es tierno, y Gigi la revelación del libro, al ser el personaje mayor desarrollado (por así decirlo) del relato.Momo no es exactamente el tipo de libro que prefiero, pero no puedo negarlo, es lindo. Contiene varias parábolas que critican al mundo hoy día, pero es más bien un libro onda relax. Se lee de una sentada.Si yo misma tardé tanto fue porque me la paso distraída, no es culpa del libro lol.Jé. Mis hombres grises son una mezcla de:Oompa loompas...Y pixies xd.YESSSSSSAwww. ¿A nadie le parece preciosa la relación entre Momo y Gigi? <3 Sé que se llevan un par de años de diferencia...BUT I SHIP THEM #OTP #SORRYNOTSORRY #CROSSMYHEART #HOPETODIE
—Mandy Sanchez