I went into this book unaware that it was a novelization, thinking the movie was maybe based on a book. It is clear from reading this that it is a novelization, and as such it was kind of a slog for me - it felt like reading a description of a movie.I liked Norman and the concept of his being able to converse with ghosts and how that alienates him from everyone else. I like how the book addresses issues, where it is convenient for the story, of being different and self-acceptance. It's inelegant, but appropriate for a middle grade reader.I did have some issues with this book, though: mainly, that it's a middle grade novel featuring all boys except for the crazed ghost, the ditzy teen sister Norman hates, and the nerdy smart girl. How trope-tastic! There's a lot of very PG sexualized stuff surrounding the ditzy teen girl, and while she's sort of a parody of ditzy teen girls...well, that's pretty tired and I was annoyed by it consistently. Also, there are fat people whose size is brought up condescendingly and combined with the fact that the fat characters in question aren't very likeable. So, your basic stereotypical problematic characterization in fantasy novels for kids, I guess? Ugh. I think this would be a visually interesting movie and the kid-level zombie angle is kind of fun. But I didn't particularly enjoy the book. Norman bukanlah anak yang normal, dia special. Norman bisa melihat dan berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal. Karena kemampuannya ini Norman jadi dianggap aneh dan dikucilkan oleh teman-teman bahkan keluarganya. Di sekolah, Norman selalu dibully. Tapi Norman adalah typical anak yang cuek dan tidak ambil pusing dengan segala perlakukan itu.Norman tinggal di sebuah kota bernama Blithe Hollow. Beratus tahun yang lalu, terjadi sebuah pengeksekusian terhadap seorang wanita yang diduga sebagai penyihir. Wanita ini tidak terima sehingga dia bersumpah akan membalas dendam dan menghantui Blithe Hollow.Pada suatu hari, Norman didatangi oleh seorang kakek yang dikenalnya sebagai orang tua penjaga makam tua. Kakek itu berkata bahwa adalah Norman harus menghentikan kutukan si penyihir itu. Norman dan kakek itu rupanya masih saudara jauh. Sebelumnya kakek itulah yang bertugas meredakan kemarahan si penyihir di setiap peringatan kematian. Tapi karena kakek itu sudah meninggal, Norman lah yang bertanggung jawab mengemban tugas itu.Tibalah di malam peringatan kematian si penyihir yang ke-300 tahun. Keadaan kota menjadi sangat mencekam. Zombie-zombie bangkit dari kubur dan meneror warga kota. Hanya Norman yang bisa mengentikan semua kekacauan ini. Akhirnya Norman mencari makam penyihir itu dan berusaha berbicara padanya. Ternyata yang dimaksud penyihir hanyalah seorang anak kecil yang bisa mempunyai kemampuan paranormal, seperti Norman. Warga kota merasa takut terhadap anak itu, sehingga mereka menuduh anak itu sebagai penyihir dan membunuhnya. Setelah bicara dari hati ke hati, Norman akhirnya bisa menenangkan anak kecil itu dan menghilangkan semua kutukan yang ada di Blithe Hollow.Norman mungkin tidak akan pernah menjadi normal. Tapi setelah kejadian itu, akhirnya keluarganya mau berusaha menerima Norman apa adanya.Well, ini yang aku suka dari novel anak-anak. Ceritanya simple, bahasa yang digunakan juga sederhana dan tidak bertele-tele. Dan yang paling penting adalah pesan moral yang terkandung dalam cerita ini.Norman hanya seorang anak-anak yang digambarkan sebagai anak yang cuek banget. Tapi banyak hal yang bisa kita pelajari dari Norman. Norman berbeda, karena itu di bully oleh teman-temannya. Seperti dalam kehidupan sehari-hari, betapa seringnya kita menilai sesuatu itu aneh hanya karena kita tidak sering melihatnya. Kita melihat perbedaan menjadi ancaman, padahal tidak ada yang salah dari perbedaan itu. Lalu ketika kita merasa terancam, kita akan menjadi takut, dan secara tidak sadar bersikap jahat pada subjek kita anggap sebagai ancaman itu. Padahal kita tidak pernah tau, betapa pedihnya ketika orang menjahati kita hanya karena kita berbeda.“Tak ada salahnya merasa takut, asalakan kau tidak membiarkan rasa takut mengubah dirimu.”-97-“Bagaimana dengan orang-orang yang menyakitimu? Tidakkah kau ingin balas dendam – tidakkah kau ingin membuat mereka menderita karena perbuatan mereka?” tanya Aggie. Aggie adalah anak kecil yang dituduh sebagai penyihir.Lalu Norman menjawab,“Iya sih, aku pernah mempertimbangkannya. Tapi apa gunanya? Malah memperparah keadaan saja. Mereka semata-mata bakal membalas lebih bengis lagi. Lagi pula, nantinya juga akan baikan kok. Jangan kira karena diluar sana ada orang jahat berarti tidak ada orang baik. Jangan kira kita harus melalui semuanya sendirian. Aku sempat berpikir begitu. Untuk sementara.”“Selalu ada seseorang di luar sana yang bersedia mendampingimu. Di suatu tempat. Kau semata-mata harus memperkenankan mereka membantumu.”Oiya Norman juga mungkin tipe anak yang introvert karena saking seringnya dianggap aneh, dia jadi lebih nyaman jika seorang diri. Tapi ada seorang anak yang bernama Neil. Neil juga anak yang selalu dibully karena badannya yang gemuk, tapi Neil selalu ceria. Ketika Norman sedang ingin sendiri, Neil selalu berkata, “Lebih asyik sendirian bersama-sama”. Haha… mana ada orang sendirian sama-sama… :pOverall… ParaNorman ini cerita yang bagus untuk anak-anak dan semua umur. Yah karena tidak semua orang yang mengaku dewasa bersifat dewasa. Kadang kita masih harus belajar pada anak kecil. Oiya ParaNorman udah ada film animasinya lho… bagi yang malas membaca ya silakan nonton filmnya aja… ^^
What do You think about ParaNorman: A Novel Extended Free Preview (2012)?
A very quick and pleasant read.....I will even watch the movie-I found it at the library:)
—aztec