Bagus sih, tapi...Saya jujur suka bukunya. Sangat menginspirasi, meskipun saya bukan beragama Muslim maupun Hindu, tapi saya jadi banyak belajar dan tahu hal baru dari buku ini. Saya gak merasa rugi bacanya.Saya suka alur cerita dan gaya bahasa yang digunakan pengarang, ceritanya mengalir indah dan deskripsinya pas. Lugu anak-anaknya dapet, keseharian Samihi dan Yanik terasa normal dan nggak dipaksakan.Hanya saja, mungkin endingnya yang kurang pas, menurut saya. Seperti ada yang kurang.Kurang dijelaskan bagaimana kehidupan Yanik selama menghilang dari Kalidukuh. Kurang dijelaskan emosi Syamimi saat Yanik pergi untuk selamanya di laut. Kurang dijelaskan akhir dari Samihi, apakah ia lantas menjadi surfer profesional, dan ketika di prolog ia kembali ke Laut Lovina, apakah ia sekedar singgah atau bagaimana? Masih banyak rasanya rasa ingin tahu yang belum terpuaskan.Beberapa istilah Bali juga tidak diterjemahkan di catatan kaki. Memang tidak banyak dan masih bisa dikira-kira artinya, tetapi alangkah baiknya kalau juga disertakan.Untuk keseluruhan, karya yang bagus dan patut dibaca :) Awalnya saya kira buku ini adalah sebuah novel dengan cerita cinta romansa antara lelaki dan perempuan. Seperti yang saya tangkap dari tulisan di halaman belakang buku yang ditulis penulis selama di penjara. Ternyata saya salah. Walaupun ada juga kisah manis di akhir cerita. Tetapi buku ini lebih menceritakan tentang sebuah kehidupan sosial antara dua bocah yang bersahabat. Persahabatan yang hadir bukan karena persamaan, melainkan perbedaan.Samihi dan Yanik. Dua manusia yang berbeda latar belakang bersahabat karena perbedaan. Seperti yang tertulis pada buku, persahabatan mereka menjadi contoh sesuatu bernama toleransi. Terlebih ketika tiba pada cerita dengan latar belakang kejadian bom yang terjadi di Pulau Seribu Pura itu. Apapun yang terjadi, ketika sebuah toleransi itu kuat, semuanya akan baik-baik saja.Buku setebal 387 halaman ini juga mencoba memberi contoh tentang sebuah mimpi. Semua orang punya mimpi. Ingin ini ingin itu. Dan yang penting adalah bangaimana kamu menggapai mimpi itu. Dan Samihi memutuskan untuk menuntaskan mimpi Yanik, sahabatnya itu.Tulisan Erwin membuat saya ingin sekali pergi ke desa Kalidukuh. Tempat dimana keharmonisasian hidup manusianya hadir dengan perbedaan. Karena sepatutnya perbedaan itu adalah indah..
What do You think about Rumah Di Seribu Ombak (2012)?
Bukunya keren tapi belum nonton filmnya. Masih menunggu DVD nya keluar.
—harry
buku yg bgus n bt tmen" yg lum bca d srankn bca dh gk bkal nysel..
—JainieMP
filmnya bagus sih.. tapi tokoh yanik dewasa-nya agak wagu :))
—Gladys