Beli ini bareng dengan buku-buku kece Banana yang lain saat ada diskon. #uhukRumah Kopi Singa Tertawa. Jujur, saya nggak mengerti maksud kalimatnya. Tapi anggap saja ini menandakan sesuatu yang lucu dan unik. Dan begitu dibaca, lucunya nggak seberapa buat saya, tapi memang uniknya luar biasa. Dari judul-judulnya dan juga penceritaannya yang terasa membumi, dengan tokoh, setting, dan tema yang terkesan sehari-hari namun dikemas dengan gaya yang mempunyai kesan berbeda. Kalimat-kalimatnya pun mengalir dengan nikmat, tidak terkesan kebarat-baratan dengan banyak sisipan bahasa asing tapi juga tidak terkesan kaku. Cerpen yang paling saya suka adalah dua cerpen yang tokohnya trio Loki Tua, Sungu Lembu dan Raden Mandasia. Dan oh, sama Edelweiss Melayat Ke Ciputat. Rumah Kopi Singa Tertawa, dan saya tertawa membacanya. Kumpulan cerpen yang menarik dan sangat menggugah hati. Banyak hal-hal yang lucu sekaligus mengenaskan di setiap ceritanya. Melihat kematian pun bukan sebagai sesuatu yang menyedihkan. Bermacam kontradiksi dalam hidup diceritakan Yusi dengan bahasa yang sangat ringan. Benar, tidak sok diberatkan untuk meningkatkan kualitas cerita. Yusi cukup lihai merangkai plot yang menggantung namun maknanya mudah dipahami. Membaca 18 cerpen dalam buku ini kemudian meneguhkan kembali sebuah fakta bahwa kehidupan manusia yang tidak mudah diprediksi. Banyak hal-hal absurd yang sering kali tak diduga, tp mungkin terjadi. Seperti dalam "Penyakit-Penyakit Yang Mengundang Tawa" dimana Yusi menceritakan lucunya penyakit-penyakit yang sering dianggap sepele. Cacar air, bisul, dan gondongan menghasilkan cerita yang sangat menarik. Bagi penikmat fiksi, buku ini menjadi referensi yang saya rekomendasikan. Meskipun tidak ingkar bahwa beberapa percakapan terkesan sedikit kaku. Tapi apalah arti jika kita sudah terhanyut dalam dunia jenaka Yusi.
What do You think about Rumah Kopi Singa Tertawa (2011)?
hahaha, buku ini bisa bikin ketawa, sedih, atau termangu-mangu
—frogprince