What do You think about Scenes Of Passion (2003)?
Opening Line: "Traffic on Route 95 was in a snarl again."This book had everything that I hate in my romances so I’m at a loss to explain why I enjoyed it so much. Maybe because this fluffy, saccharine sweet story was barely 200 pages I didn’t have time to get as frustrated as I usually would with this kind of formulaic plotline. More the reason is that I read this on my e-reader during a power outage and it was easier to see with the built in reader light then with candles. Anyways as you can guess this isn’t the greatest Brockmann going, it is however enjoyable, short and shamefully addictive with a friends to lovers theme, interesting, somewhat complex hero, the usual bland Brockmann heroine that you want to slap on occasion but love to hate, more subplots then necessary and except for the heroines little brother a ton of nasty secondary characters. The story here went in many different directions with things happening quickly (due to page limitations I guess) fake marriages, real marriages, annulments, I love you, I hate you, you’re a liar, I can’t live without you, lets take a bath together, what do you mean you do/don’t have cancer, how am I going to get my inheritance/save my fathers company, no I didn’t sleep with your sister, yes I look great with a mullet, lets break up in the last couple of chapters and you will think I’m a liar and I won’t do anything to change your misconceptions of me until you feel super guilty then because its Brockmann the hero will cry a few tears and voila HEA-ville. All of this has been tied together with a community theatre storyline and a really mean director. Ha, ha yes really.Speaking of the director since when does community theatre require random drug testing for its actors? Anyways that has nothing to do with anything it just annoyed me, he also makes our hero (jungle man) cut his sexy long hair and that’s when I decided I really hated him and I would never do a musical. LOL
—Buggy
This is a very odd book. I'm becoming more and more convinced that I should just stick to Brockmann's Navy Seals. Here's the idea. Maggie Stanton still lives at home with her parents. She is 29 years old. Her sister, Val, is married to Mitch and Mitch's college roommate, Brock, has just proposed to Maggie. She's going to say no but is too chicken to tell him. It's been two weeks since he asked. Maggie always wanted to be an actor but became a lawyer. She's going to audition for the local communi
—Rebecca
Datar, tanpa kejutan, membosankan, dan...banyak hal terasa dibuat-buat. Seperti itulah kesan yang tertinggal setelah menyelesaikan buku karya Suzanne Brockmann yang selama ini dikenal dengan serial NAVY SEAL ini.Jangan tertipu dengan kover versi Indonesia buku ini. Tidak akan ditemukan deskripsi Matt yang mendekati visualisasi pria di kover buku sedikit pun. Deskripsi Matt yang berambut panjang dan disebut sebagai pria hutan idaman Maggie cukup menggangguku sepanjang cerita. Terkesan terlalu ’80-'90 an sekali-masa di saat rambut panjang untuk seorang pria menjadi tren kala itu, and reminds me of Tarzan! Suer, sepanjang cerita ini aku jadi membayangkan pemeran Tarzan series di RCTI dulu yang cakep sih, but definitely he’s not my type*nggak ada yang nanya*Karakter Maggie diceritakan cenderung pasif, penurut, dan dan tidak percaya diri padahal dia sebenarnya sangat berbakat sebagai seorang aktris namun terlalu takut memperjuangkan mimpinya tersebut dan lebih mengalah pada keinginan kedua orangtuanya untuk menjadi pengacara.Kembalinya Matt, a high school bad boy yang sudah ‘tobat’ karena sebuah peristiwa di masa selepas sekolah ke dalam kehidupan Maggie membuat semuanya berubah. Maggie menerima tawaran membantu Matt dan memberontak kepada orangtuanya dengan mengikuti audisi pementasan drama dan keluar dari pekerjaannya.Berbagai konflik yang muncul kemudian terasa ‘biasa’ dan kurang dalam, seperti terpergoknya tunangan Maggie sedang dalam posisi mencurigakan dengan adiknya—Val, kepergian Maggie untuk pindah ke rumah Matt dan membohongi kedua orangtuanya bahwa mereka berdua sudah menikah—untuk apa coba?, dan kehadiran sutradara pementasan yang mendadak menaruh minat kepada Maggie. Selain itu saat Matt pergi untuk menghadapi keputusan yang menentukan masa depannya bersama Maggie, wanita itu malah menemukan berkas yang membuatnya mendadak ragu akan ketulusan Matt. Bukannya membicarakan kecurigaan tersebut dengan baik-baik, keduanya malah bertengkar dan mengalami fase tarik-ulur khas romance harlequin.Akhirnya bisa ditebak, mendadak Maggie mau memaafkan ‘kebohongan’ Matt. Kemarahan sahabat Maggie, mantan kekasih Matt—yang telah berbahagia menikah dengan orang lain di luar negeri—terasa terlalu dibesar-besarkan untuk dijadikan konflik dan diselesaikan begitu saja di bagian akhir cerita.Chemistry antara kedua tokoh utama sangat minim, terutama dari Maggie. Sejak awal hanya diceritakan bahwa Matt sudah menyukai Maggie saat mereka menjadi partner dalam drama sekolah, saat dia masih berstatus sebagai kekasih sahabat Maggie, sudah begitu saja. Perasaan Maggie ke Matt? Sangat kurang terlihat hingga berakhirnya cerita.A non NAVY SEAL book series from Suzanne Brockmann? I give it a try and it failed :’(
—Perdani Budiarti