Somehow, I really liked this book. Mungkin buku ini tidak membuat aku sampai menangis atau tertawa terbahak-bahak saat membacanya. Tapi ada sesuatu dalam cara penulisan Windhy Puspitadewi yang terasa mengalir sehingga saat membacanya aku merasa nyaman dan effortless (if that makes sense). Topik anak SMA sebetulnya sudah bukan topik favorit lagi, mengingat aku sudah early 20s. But it's okay, karena banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari buku ini, regardless my age. Favorit aku adalah prinsip orang tua Juno dan Arma yang ini: 'Never tell them the truth, but let them know the truth themselves' Saya udah lumayan lama sih beli dan baca buku ini. Alasan beli karena suka sama covernya. LUCU!! :3 dan alasan kedua karena tulisan di belakang sampulnya (as usual) Saya udah ngarep banyaaaaaaaaak hanya karena tulisan di belakang cover, udah siap disuguhi cerita mellow apa gimana gituuuu... Tapi sayang oh sayang... ceritanya jauh dari harapan saya :(Berbeda dengan morning light dimana saya cukup menikmati jalan cerita yang disuguhkan dengan beragam quote yang menginspirasi, di buku ini saya ngerasa agak datar. Feel nggak nanclep, atau bahkan malah nggak kerasa. T^TButuh usaha keras untuk bisa mencapai ke halaman terakhir. Dan pas mencapai halaman terakhir pun, duh.... saya kurang klik dengan endingnya. Berasa apa ya? berasa dipaksakan aja... huhuhuhu
What do You think about Seandainya... (2012)?
kehilangan minat di tengah-tengah.... mungkin akan dilanjutkan lagi, entah kapan.
—paulyoung315
One thing. Sejauh ini, novel Windhy Puspitadewi yang ini paling aku suka!
—Allison
