Share for friends:

Read Taiko: An Epic Novel Of War And Glory In Feudal Japan (2001)

Taiko: An Epic Novel of War and Glory in Feudal Japan (2001)

Online Book

Genre
Rating
4.25 of 5 Votes: 1
Your rating
ISBN
4770026099 (ISBN13: 9784770026095)
Language
English
Publisher
kodansha

Taiko: An Epic Novel Of War And Glory In Feudal Japan (2001) - Plot & Excerpts

Novel ini mengambil seting Jepang zaman dahulu ketika keshogunan dalam masa kritis dan peperangan perebutan kekuasaan terjadi di mana – mana. Cerita dimulai dari tahun Temmon kelima, 1536, yaitu masa ketika Kinoshita Hiyoshi menjalani masa kanak – kanaknya yang berat. Setelah ayahnya meninggal, ibu Hiyoshi menikah dengan Chikuami. Hubungan Hiyoshi dengan ayah tiri yang memanggilnya Saru ini tidak baik, sehingga Hiyoshi dikirim ke kuil untuk belajar, namun dipulangkan karena berbuat kenakalan. Akhirnya Hiyoshi mengembara mencari pengalaman dengan berjualan jarum. Dalam perjalanan ini ia mengalami berbagai hal yang membuatnya belajar mengenai sifat manusia. Dari seorang yang sederhana, berkat kecerdikan dan ketulusannya Hiyoshi memperoleh kepercayaan dari orang – orang, sampai ia menjadi kepercayaan Oda Nobunaga. Sedemikian dalam kepercayaan Nobunaga padanya sampai – sampai Hiyoshi yang namanya menjadi Toyotomi Hideyoshi dianugerahi daerah dan kekuasaan militer. Sebagai tangan kanan Nobunaga, Hideyoshi berjumpa dengan banyak orang penting yang kelak berperan besar dalam sejarah Jepang, salah satunya adalah Tokugawa Ieyasu.Nobunaga, Ieyasu, dan Hideyoshi bertemu dalam masa kekacauan. Ketiganya sama – sama ingin menyatukan Jepang, namun siapa di antara mereka yang berhasil mewujudkan impian tersebut ?Ketiga tokoh tersebut merupakan tokoh penting dalam sejarah keshogunan Jepang. Kepribadian mereka diabadikan dalam senryu (comic haiku) berikut : “Nakanunara, koroshiteshimae, hototogisu. Nakanunara, nakashitemiseyou, hototogisu. Nakanunara, nakumadematou, hototogisu”. Arti dari haiku tersebut adalah “Jika burung tekukur tidak mau berkicau, bunuh saja. Jika burung tekukur tidak mau berkicau, buatlah ia ingin berkicau. Jika burung tekukur tidak mau berkicau, tunggulah.” Haiku tersebut melukiskan Nobunaga yang kejam , Hideyoshi yang cerdas, lalu Ieyasu dengan kesabarannya.Taiko yang berjudul asli Taiko Ki merupakan buah karya novelis legendaris Yoshikawa Eiji. Novelis bernama asli Yoshikawa Hidetsugu ini dilahirkan pada 11 Agustus 1892 di prefektur Kanagawa. Ketertarikannya pada sastra dimulai pada usia belia 18 tahun, namun beliau benar – benar terjun dalam dunia tulis – menulis setelah menjadi juara pertama lomba penulisan novel Kodansha pada tahun 1914 dengan karya The Tale of Enoshima. Beliau bergabung dengan koran Maiyuu dan menulis serial Life of Shinran di koran tersebut. Karya berjudul Miyamoto Musashi yang ditulisnya tahun 1915 membuat namanya dikenal sebagai penulis novel fiksi histori. Beliau terpengaruh oleh karya – karya sastra kuno seperti Sānguó Yǎnyì (Romance of Three Kingdoms), Heike Monogatari (The Tale of Heike) , Hikaru Genji Monogatari (The Tale of Genji), dan Shu¡hû Zhuàn (Outlaws of The Marsh). Sebelum meninggal pada 7 September 1962, beliau pernah mendapat penghargaan Cultural Order of Merit, the Order of the Sacred Treasure, dan Mainichi Art Award. Yoshikawa - sensei telah menulis puluhan cerita fiksi, beberapa di antaranya adalah Edo Sangokushi, Sangokushi (penulisan ulang Romance of Three Kingdoms), Uesugi Kenshin, Ooka Echizen, Shin Suikoden (penulisan ulang Outlaws of The Marsh), Shin Heike Monogatari (penulisan ulang The Tale of Heike) , dan masih banyak lagi.Sekitar tahun 90 – an novel Taiko pernah dirilis sejumlah sepuluh volume sebelum digabung menjadi satu buku seperti versi baru. Bentuk buku yang tebal dan jumlah halaman mungkin membuat beberapa orang sudah merasa malas duluan untuk membacanya. Saya mungkin tidak akan pernah membaca Taiko jika belasan tahun lalu saya yang masih SD disodori buku setebal ini. Terjemahan novel Taiko sangat baik, bahasa yang digunakan tidak begitu rumit sehingga enak dibaca serta mudah dimengerti. Plot cerita yang kuat dan karakterisasi yang tergali dengan baik membuat penulis betah membaca buku ini dari awal sampai akhir hampir tanpa jeda. Selain itu, peristiwa – peristiwa bersejarah serta kemunculan tokoh – tokoh sejarah dalam novel ini merupakan daya tarik bagi penggemar sejarah Jepang. Bahkan bagi pembaca yang bukan penggemar sejarah, novel ini tetap menarik karena menyajikan ajaran filosofis, intrik politik, dan taktik perang zaman dulu. Oleh karena itu jangan gentar duluan melihat tebalnya buku, cobalah membaca perlahan dan kamu akan terbawa dalam suasana Jepang pada ratusan tahun yang lalu.

You know there used to be this thing in Japan called the "Sengoku" period which was basically civil war all over the place, the Shogun was kind of a loser and every lord of any clan tried to become the leader of Japan.This book is a fictionalized account of the life of Toyotomi Hideyoshi, the guy who finally united the country, first under Oda Nobunaga and later on by himself. Because that life was long and complicated the book is with 944 pages big enough to kill a cat, there's enough Japanese names to confuse any non-Japanese person (how many names are there? 500? Even the main guy's name changes three times!) and it's easily the most epic book I've read in the last 10 years (the Internet ruined the word "epic", by the way). The book details the life of Hideyoshi from son of a poor country warrior, to wandering salesman, to personal page, to soldier, to leader of a regiment, to trusted retainer to finally leader of the entire clan. There's a billion small stories about a country which attitudes are completely alien to me, one example is: Hideyoshi is laying siege to a castle, the enemy's leader doesn't want to give in, Hideyoshi doesn't want to lose thousands of soldiers in storming the castle, so he has a messenger approach the enemy general directly, asking him to commit suicide so that Hideyoshi can take the castle and everyone can safely go home. The general happily agrees (after all, his family and soldiers don't have to die, and he doesn't loose face), he commits ritual suicide on a boat in front of witnesses, everybody is happy and the campaign can continue. It's weird, but interesting.The style may not be anyone's cup of tea, here's a pretty central paragraph:How boring would be a life lacking the confusions of many digressions or the difficult struggles! How soon would a man grow tired of living if he only walked peacefully along a level path. In the end, a man's life lies in a continuous series of hardships and struggles, and the pleasure of living is not in the short spaces of rest.As you can see, it's a very "grandiose" style, but one that I find makes it relatively easy to read, took me about 2 weeks to read the entire book. There are a couple of downsides - I don't think Hideyoshi makes a single mistake in the entire book, which I find hard to believe, and judging from the Wikipedia-article on him it looks like his life isn't that well documented that you can safely say "these things actually happened". He's got a couple of mistresses but that's all the "bad" there is to him, the rest of the story he's the most perfect human being imaginable, which makes it boring here and there. One interesting side-effect is that you learn so much about warfare in Japan of the 15th and 16th century that the entire movie "The Last Samurai" is revealed as the complete bollocks that it is. Recommended for:- fans of historical fiction or ancient Japan, Samurais cutting off each others' heads, Ninjas murdering people, people who like to read about ritual suicide every 50 pages or so, people who like to see long plans work out nicely- people who like to play Total War: Shogun Not recommended for:- people who can't distinguish "Nobuo" from "Nobutada" or "Nobunaga" (these three are different, but related and quite important characters)

What do You think about Taiko: An Epic Novel Of War And Glory In Feudal Japan (2001)?

As its title says, Taiko is a truly epic novel about the life of Toyotomi Hideyoshi who went from what is basically the peasant version of a samurai to regent of Japan. The book starts with his childhood and follows his quest to become a 'proper' samurai in a rather humorous way. After he joins the Oda clan, the focus shifts to the bigger theatre and affairs of state until his victory over Tokugawa Ieyasu (who later started the Tokugawa Shogunate which lasted until the 19th century). The epilogue is rather short and uninformative, unfortunately.I wouldn't recommend this book if you're not familiar with the Sengoku Jidai period, mostly because of all the Japanese names and places that are used (trying to keep track of the secondary characters is impossible at times - did Hideyoshi really needed to have his two most trusted retainers named Hanbei and Kanbei?!), but if you have a bit of knowledge about the period, you'll love this book.
—Frank

Petualangan di buku ini menarik. Tokoh utamanya Hideyoshi yang diceritakan dari masa kecilnya, bagian awal, sampai akhir cerita. Dari novel ini didapat gambaran kehidupan Jepang masa lalu, budaya, sosial, politik. Mungkin karena merujuk priode sejarah tertentu, tidak ada penggambaran tokoh yang terlalu jahat. Mungkin tiap tokoh dalam cerita ini, termasuk yang saling berperang, juga memiliki cerita/kisah yang besar masing-masing. Hal juga yang banyak digambarkan dalam novel ini: moralitas Samurai.Hideyoshi banyak 'berpindah kerja' dan memutuskan berpisah dengan keluarga ketika berusia belasan. Dia berjanji pada ibunya tidak akan kembali sebelum menjadi seorang 'Samurai yang besar.'Setelah sekian banyak yang dilaluinya, akhirnya Hideyoshi mendapatkan yang diharapkannya: mengabdi pada Nobunaga. Dan dia mendapat pelajaran yang banyak dari Nobunaga. Nobunaga seorang yang, klo boleh dibilang logis, lebih menghargai kemampuan dibanding silsilah/strata sosial pun menangkap kesungguhan Hideyoshi. Dan kepercayaan Nobunaga pada Hideyoshi semakin mendalam hingga akhir. Hideyoshi datang menjadi pengikut marga Oda sebagai pembawa sendal dan berakhir sebagai Jendral, hingga menjadi pemimpin besar seluruh Jepang dengan gelar 'Taiko'. Hidup Hideyoshi bersama Nobunaga adalah hidup membesarkan marga Oda dipandu dengan sebuah imajinasi tentang 'Jepang baru'.Terlalu banyak tokoh untuk disebutkan dalam novel ini.Hal yang juga menarik adalah Nene, istri Hideyoshi. Masa-masa Hideyoshi mengejarnya, menikahinya, dan meminta Nene untuk selalu mendampingi ibunya dan mendukung kerja 'Samurai'. Sebelumnya dia bersaing dengan Inachyo Maeda untuk mendapatkan Nene. Dan Inachyo Maeda menjadi teman baiknya sampai akhir Novel. Saya membayangkan dia seorang yang menawan sekali. Hanya saja, Hideyoshi memiliki bakat piloginik atau mata keranjang. Bahkan Nobunaga tidak mau ambil pusing dengan sikap buruk itu. Nobunaga merasa menulis surat pada Nene dan memberikan pujian tentang kecantikan dan sebagainya, untuk kemudian memohon maklum padanya dan untuk tidak terlalu mudah cemburu pada kelakuan suaminya, Hideyoshi. Nene juga hidup bersama para gundik Hideyoshi.Banyak siasat perang dalam novel ini, kisah tentang peperangan dan proses penaklukan. Ini adalah novel petualangan, banykan menceritakan bagaimana masalah, hal sulit, atau situasi krisis diselesaikan.Kisah tentang 'perjuangan' dengan sangat baik menjadi bahan dalam membicarakan psikologi manusia. Ketika seorang manusia berkumpul dengan manusia lainnya. Temasuk juga semua tokoh dalam cerita ketika membicarakan resiko atau pun membuat keputusan.dan seterusnya, dan seterusnyaIni novel yang menarik.
—usman ★

As suggested in the title, this is a truly epic tale of the life of Toyotomi Hideyoshi and the era of civil war in 16th century Japan in which he was a prominent player. Much as with Yoshikawa's novel on Musashi, the author breathes life into the historical figures that he portrays in the book. The character of Hideyoshi is very likable, though not without his faults. Hideyoshi has a charming ability to bend and break the rules of social convention to his advantage and extricate himself from impossible situations with his uncanny understanding of people.It took me two attempts to read this book. The first time I bogged down about 400 pages in, and it sat untouched on my shelf for four or five years. In my second attempt I started again from the beginning and didn't have the same trouble as before. It helps to know the broad strokes of the historical era in which the book takes place and some of the major historical figures. There must be hundreds of characters in this book, but Yoshikawa is good about reminding the reader of characters that reappear in later chapters. The edition that I read also has a couple of maps and other useful information (like a list of the major clans and their leaders) in the front of the book. There was a misprint in my copy of the book on the chart that shows the names of animals used to refer to times of day in medieval Japan, which confused my the first few times I referred to it.Overall, Yoshikawa stays faithful to history in the book, using his imagination to fill in details where history does not provide them. This is historical fiction at its finest.
—David S

Write Review

(Review will shown on site after approval)

Read books by author Eiji Yoshikawa

Read books in category Fiction