Share for friends:

Read The Capture (2003)

The Capture (2003)

Online Book

Author
Genre
Rating
3.86 of 5 Votes: 3
Your rating
ISBN
0439405572 (ISBN13: 9780439405577)
Language
English
Publisher
scholastic paperbacks

The Capture (2003) - Plot & Excerpts

Burung hantu identik dengan hal-hal yang menyeramkan, mungkin karena jenis burung ini hanya beraktifitas di malam hari dengan suaranya yang menyeramkan bagaikan hantu tak heran burung ini muncul di kisah-kisah horror, penyihir, atau kisah-kisah seram lainnya. Beberapa film atau drama horror tak jarang menggunakan burung hantu dan memperdengarkan suaranya agar menimbulkan kesan mistis dan seram pada adegannya. Kita tentu masih ingat bagaimana sebuah acara TV “The Master” menampilkan sosok magician fakir Master Limbad yang selalu tampil dengan tata panggung dan rias wajah yang seram bersama burung hantunya. Namun tak jarang sosok burung hantu juga muncul dalam bentuk yang lebih bersahabat seperti dalam Buku dan film Harry Potter yang menghadirkan burung hantu sebagai burung pengantar surat bagi para murid-murid penyihir HowgartDemikian pula dalam novel fantasi Guardians of Ga’Hoole, sebuah kisah fabel burung hantu karya Kathryn Lasky yang sama sekali jauh dari kesan menyeramkan. Di novelnya ini alih-alih menampilkan sosok burung hantu yang seram Lansky mencoba menjadikan burung hantu sebagai burung yang cerdas, bijaksana, dan suka menolong. Apakah Lasky terlalu mengada-ngada? Tentu saja tidak karena ternyata menurut kepercayaan orang Yunani burung hantu itu melambangkan kebijaksanaan dan sifat penolong.Buku ini merupakan seri pertama dari ke enambelas judul seri Guardians of Ga’Hoole. Di buku pertamanya ini dikisahkan seekor burung hantu Barn yang masih berusia tiga minggu bernama Soren. Saat kedua orang tuanya pergi berburu Soren terjatuh dari sarangnya. Soren tak bisa selain mengunggu pertolongan dari orang tuanya atau saudara-saudaranya. Malangnya ketika ia menunggu pertolongan tiba-tiba seekor burung hantu membawanya terbang ke sebuah tempat yang merupakan sebuah tebing yang tinggi, saat itu barulah ia sadar bahwa dirinya diculik.Oleh burung hantu itu Soren dibawa ke sebuah tempat yang bernama St Aegolius, sekolah untuk burung hantu yatim piatu. Di tempat itu sudah terdapat ratusan anak-anak burung hantu yang diculik dan dididik dengan keras untuk sebuah tujuan tertentu. Mereka diharuskan patuh pada para gurunya, bekerja sesuai dengan yang diperintahkan dan harus mengikuti sesi pembingungan dimana anak-anak burung hantu harus berbaris dan tidur dibawah pancaran bulan purnama. Dengan demikian anak-anak burung hantu itu akan bertindak diluar kebiasaan burung hantu pada umumnya, lupa akan jati dirinya dan tidak memiliki keinginan untuk kabur dari St Aegolius.Untungnya di tempat itu Soren bertemu dengan Gylfie, seekor burung hantu Peri yang cerdas, ia sadar bahwa semua anak-anak burung hantu yang tertidur di bawah pancaran sinar bulan purnama akan mengalami pembingungan. Selain itu mereka juga dibuat kehilangan jati diri mereka dengan menganti nama mereka dengan nomor. Dan yang lebih keji ada suatu masa dimana para anak-anak burung hantu itu diperintahkan untuk tidur terlentang dan sekelompok kelelawar datang untuk menghisap darah mereka dengan demikian anak-anak burung hantu itu akan kekurangan darah sehingga membuat bulu terbang mereka layu dan mati dengan demikian keinginan untuk kabur pun lenyap. Karena Gylfie sudah berada di tempat itu lebih awal daripada Soren maka iapun memberitahukan semua itu pada Soren sehingga mereka berdua berusaha untuk mengamati apa yang sebenarnya sedang terjadi dan berusaha untuk menghindari sesi pembingungan setiap malamnya. Akhirnya diketahui bahwa tujuan para penculik itu adalah untuk menguasai kerajaan burung hantu. Maka sambil menunggu bulu-bulu terbang Soren berkembang dengan sempurna mereka merencanakan untuk kabur dari St. Aegolius.Akhirnya dengan bantuan seekor burung hantu bernama Grimble yang juga terhindar dari proses pembingungan Soren dan Gylfie diajari cara terbang olehnya. Soren dan Gylfie akhirnya bisa terbang dan lolos dari kejaran para burung hantu St. Aegolius walau hal itu harus ditebus oleh nyawa Grimble yang tewas demi lolosnya Soren dan Gylfie.Kaburnya Soren dan Gylfie bukan akhir dari segalanya, setelah berhasil kabur mereka berdua berusaha mencari keluarganya terlebih dahulu. Dalam pencariannya mereka bertemu dengan Twilight dan Digger, dua ekor burung hantu yang juga pelarian dari St. Aegolius. Hal ini menjadi titik awal dari petualangan mereka untuk menyelamatkan kerajaan burung hantu dari niat jahat burung hantu. St. Aegoluis. Sebelum mereka sampai pada tujuan itu, Soren dan kawan-kawannya berniat untuk terbang menuju tempat dimana Pohon Ga’Hoole Agung tumbuh, tempat dimana hidup sebuah Legenda tentang para kasatria burung hantu yang akan terbang setiap malam untuk melaksanakan tugas-tugas mulia untuk menjaga kerajaan burung hantu dari niat jahat musuh-musuh mereka.Sebagai kisah fantasi remaja, dengan bijak Kathyrn Lasky menyisipkan beberapa pelajaran moral bagi pembacanya, misalnya dalam hal toleransi, Lasky menghidupkan tokoh Mrs. P , seekor ular buta yang menjadi pelayan sarang burung hantu di keluarga Soren. Ini adalah hal yang tidak umum bagi keluarga burung hantu karena ular adalah makanan burung hantu. Namun walau Mr. P adalah seekor ular dan menjadi pelayan sarang, Soren dan keluarga memperlakukan Mrs. P dengan hormat bahkan untuk menjaga perasaan Mrs. P Soren dan keluarganya pantang makan ular.Lansky juga mengajak pembacanya untuk meneladani tokoh Gylfie yang sangat setia kawan, ketika masih terperangkap di St. Aegoluis Gylfie dengan sabar menunggu Soren tumbuh bulu-bulu terbangnya agar bisa melarikan diri bersama, padahal kalau mau Gylfie bisa lebih dulu terbang dan meninggalkan Soren. Lalu ada kisah pula bagaimana Grimble memberi motivasi dan keyakinan pada Soren dan Gylfie kalau mereka sesungguhnya sudah bisa terbang.Selain beberapa pelajaran moral yang bisa diperoleh di novel ini, karena novel ini berasal dari riset serius Lasky yang tadinya hendak membuat buku non fiksi tentang burung hantu maka dalam novelnya ini ia menyajikan berbagai pengetahuan tentang burung hantu seperti jenis-jenis burung hantu seperti burung hantu Peri, burung hantu Barn, burung hantu hitam, dan yang unik adalah burung hantu Digger atau burung hantu penggali yang menggali lubang di tanah sebagai sarangnya. Selain itu pembaca juga akan diajak memahami karakter, perilaku dan perkembangan fisik burung hantu semenjak menetas, hingga ia cukup dewasa untuk bisa terbang dan berburu makanan. Kisah yang seru, perilaku dan karakter burung hantu, dan nilai moral yang terdapat dalam kisah ini ini dipadu sedemikian rupa sehingga mampu memikat pembacanya untuk terus membaca petualangan para tokoh-tokohnya. Tak heran jika novel ini tampaknya diapresiasi dengan baik oleh pembacanya sehingga meraih predikat sebagai "International estselling Series", hal ini pula yang membuat Lasky dengan tekun meneruskan seri burung hantu Ga’hoole ini hingga 16 seri yang terbit dua judul setiap tahunnya. Mungkin ini pula yang menjadi alasan Warner Bross untuk mengadaptasi kisah legenda Ga’ahoole ini dalam bentuk film yg berjudul “Legend of The Guardians : The Owl of Ga’hoole”. Film tersebut merupakan gabungan dari tiga judul awal seri ini yaitu The Capture, The Journey, dan The RescueDengan banyaknya hal-hal positif yang bisa didapat pembaca dalam novel ini semoga pembaca fiksi fantasi tanah air juga khususnya para pembaca remaja kita dapat mengapresiasi novel berseri ini dengan baik sehingga penerbit Kubika dapat terus termotivasi untuk konsisten menerbitkan ke 16 judul dari seri Guardians of Ga’hoole ini. @htanzilhttp://bukuygkubaca.blogspot.com

Di sini, burung hantu kerap diidentikkan dengan keberadaan makhluk halus. Di India bahkan suara burung hantu merupakan pertanda akan datangnya kematian. Tapi dalam mitologi Yunani, Athena digambarkan dengan simbol burung hantu yang melambangkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Dikatakan bahwa jika ada burung hantu yang terbang berputar di atas pasukan yang sedang berperang, maka dipastikan pasukan tersebut akan menang. Makanya Troy berhasil dikalahkan kali ya. Atw si Athena emang sebel aja gara-gara kalah saingan ama Aphrodite yang ngasih Helen buat Paris. Back to the story. Kisah ini tentang usaha sekelompok burung hantu yang mencoba menguasai burung hantu lain, bahkan dunia. Usaha itu direncanakan dengan sangat matang. Mulai dari pencurian telur, penculikan anak-anak burung hantu sebagai tenaga kerja, cuci otak aka pembingungan, sampai usaha mempersenjatai diri dengan cakar-cakar perang. As if their claws are not enough. Tapi tidak ada gading yang tak retak. Kalo ada ga jadi cerita niy buku :pSoren, seekor burung hantu barn yang bersahabat dengan Gylfie, seekor burung hantu peri, berhasil menyelamatkan diri dari pembingungan. Berdua mereka berusaha melarikan diri dari cengkeraman St. Aegolius dan menyelamatkan kerajaan burung hantu. Satu-satunya harapan mereka adalah Ga'Hoole Agung.***Jadi tahu sedikit tentang beberapa jenis burung hantu. dan ternyata di Indonesia juga ada lho, burung hantu seperti si Soren ini. Namanya Serak Jawa (Tyto alba javanicus). dan mereka memang pemburu tikus nomor wahid. Yang menyebalkan dari buku ini adalah banyaknya typo. Yang paling sering itu adalah penulisan 'kepakkan' yang seharusnya ditulis 'kepakan', trus penulisan ke- yg menunjukkan tempat seperti kemana --> ke mana, kesana--> ke sana. Belum lagi beberapa penggunaan kata tidak baku seperti coklat-->cokelat, ijin-->izin, hujam-->hunjam, jaman-->zaman. Tapi kalo emang gaya selingkungnya gitu siy gapapa, soalnya mereka emang konsisten dari awal sampe akhir begitu terus. tapi kalo nggak, jadi bertanya-tanya, proofreadernya ngapain aja sih? hehehe... maap, emang cuma kecil-kecil tapi tetap aja mengganggu. Kalo gw, pasti udah potong gaji kalo segitu banyaknya *curhat* Minjem aja segini cerewetnya... :DPS: sambil baca buku ini malah ngebayangin gimana perasaannya stuart little ya? hehehe... abis burung hantu makan tikus sih. Tikus sepertinya ga dianggap sebagai makhluk berintelegensia di sini. Makasi Ine pinjeman bukunya ^^

What do You think about The Capture (2003)?

This book was just plain odd. The first half of the book was alright enough, given that it's targeted audience is children, and featured the typical 'getting separated from parents, all alone' kind of thing that can be entertaining when well written. Although the writing was extremely poor, the concept of using owls as the main characters of the books made it very much readable, at least for people like me who enjoy reading books set in nature. However, despite this theme carrying on throughout the book, the poor writing, patchy and confusing plot and poor characterisation made it truly painful to read and I was even forced to reread certain sections because it became confusing and hard to follow. I tried a few of the sequels but they had ridiculously confusing and odd plots and made this one seem like an extremely pleasant read in comparison. Oh and also a truly dreadful movie.
—Rhea

I was disappointed that the book didn't really complete the story, but that's the only real fault I found. I had trouble at first with the amount of anthropomorphism in the owl characters, but they were well developed and I was quickly caught up in the story of Soren, a young owl orphaned and then kidnapped. The author made Soren's struggle to keep his identity and escape into an engaging plot that any child who has ever felt helpless and unloved will relate to.The message of facing fears with courage and not giving up are messages I wanted my youngest son to learn. In spite of being an advanced reader who read adult level books in 6th grade,at age 16-17, he loved these books as much as I did. Perhaps more, because he usually won the contest of who got to read the next one by shutting himself in the bathroom or staying up all night.The author really did her research on owls. I never expected they could be so interesting or that there were so many varieties. I enjoyed the owl artwork inside the front and back covers almost as much as the story. So you know ahead,one story arc takes multiple books to complete, and each leads into the next, so don't buy just the first book or you'll go yeep. Neither my son nor I was happy when we came to the end of book 5 and didn't have 6 on hand, which ends the first story arc.
—Sher A. Hart

Mum: How many stars would you give this?LRN: I think a solid five. It was very good; better than the movie even. Mum: So what happens in this book? LRN: Soren is pushed out of his hollow by his brother, Kludd.Mum: Ugh, that's an ugly name.LRN: I know. It's a bad name. No, two ds. Mum: So what else?LRN: Then he's taken off to St Aegolios, academy for orphaned owls. And there are six rooms. One of them is Pelletireum, which is disgusting, actually.Mum: Why is it disgusting?LRN: They have to pick out bones and stuff from the pellets. Owls actually yarp up stuff after they eat it. For instance, a mouse. It's called a pellet.Mum: Gross.LRN: Also, another part: he meets Gylfie while being taken to St Aegolios. He meets Skench, Spoorn, and well, not for spoilers, but he meets another one called Digger. Mum: Who would you recommend this book to?LRN: Probably to my best friend Luke. He loves to read chapter books.
—Lego Robot Ninja

Write Review

(Review will shown on site after approval)

Read books by author Kathryn Lasky

Read books in series Guardians of Ga'Hoole

Read books in category Fiction