692.tThe Good Soldier Švejk, Jaroslav Hašekزمان را کمی به عقب برمیگردانیم؛ سرباز«شوایک» دارد از دستشویی بیرون میآید. حالا کمرش را سفت میکند و وارد جنگ اول جهانی میشود! شوایک درست هنگامی که درد روماتیسمش عود کرده و مشغول مالیدن پماد به پای پر موی خویش است تصمیمش را میگیرد، که خود را برای جنگ آماده کند، و تا جان در بدن دارد با دشمن ملتش، ملت اتریش که بالای سر مردمان چک است بجنگد. ولی نبرد او، نبرد نیزه با نیزه نیست. نبرد صداقت با خشونت است. خشونتی که ادعای دانایی دارد و کارهای بزرگ را در شأن خود میداند و آن کارهای بزرگ عبارتند از: دستور دادن، پول شمردن، نظم و ترتیب داشتن و مصدر داشتن. شوایک ما را به جنگ جهانی میبرد، و زمانیکه کلاه رنگ رنگش را به سر گذاشته، و آن لباس پارهاش را به تن کرده، پردههای جنگ را به افتخار ما بینندههای خوشحال و آسوده، کنار میزند. و میگوید: با عرض بندگی به استحضارتان میرسانم که این خاطرات من است در زمان جنگ، زمانی که رشادتها و جانفدائیهای بسیار کردم. و بیوقفه خانة اربابم «سرکار ستوان لوکاش» را آب و جاروب میکردم، و به خانمهای ملاقاتکننده، درس آداب و رفتار پس میدادم. آه... در آن روزهای پیروزی... . اگر رمان شوایک سرباز پاکدل را بخوانید، خودتان متوجه میشوید که با چه اعجوبهای سر و کار دارید! این را هم بگویم که آرزوی نویسنده این بوده، که کلمة شوایک به معنی شخصی با خصوصیاتی خاص وارد فرهنگ لغت مردم «چک» شود. «من شوایک هستم» یک دوران بزرگ نیازمند مردان بزرگ است. قهرمانان ناشناخته بیسر و صدائی وجود دارند، که افتخارات ناپلئون را کسب نکردهاند، و مثل او وارد تاریخ نشدهاند. معهذا خصوصیات روحی آنها به حدی غنی و پرمایه است، که حتی اسکندرکبیر را تحتالشعاع قرار میدهند. امروز در خیابانهای پراگ به مردی با سر و وضع نامرتب برمیخورید، که خود نمیداند چه نقش مهمی در تاریخ این دوران بزرگ جدید ایفا کرده است. آرام به راه خود میرود، بدون اینکه مزاحم کسی بشود، و یا اینکه روزنامهنگاران برای مصاحبه مزاحمش بشوند. اگر اسمش را بپرسید کاملا راحت و بدون تصنع جواب میدهد: «من شوایک هستم...» و این مرد کم حرف و بد لباس، کسی نیست جز «شوایک سرباز پاکدل» سابق، جنگجوی قهرمان و شجاع که در زمان سلطه اتریش، نامش مدام بر سر زبان اهالی «بوهم» بود. قهرمانی که بدون شک، از عزت و افتخار او در جمهوری تازه چکسلواکی کاسته نخواهد شد. شوایک سرباز پاکدل را بسیار دوست دارم. او مثل «اروسترات» سفیه، معبد «دیان» را آتش نزده است، تا نامش در جراید و کتابهای درسی کودکان بیاید. و این به گمانم به خودی خود بسیار زیباستشوایک سرباز پاکدل / یاروسلاو هاشک / ایرج پزشکزاد / کتاب زمان / چاپ دوم / تابستان ۱۳۸۳ شوایک سرباز پاکدل / یاروسلاو هاشک / دی و بهمن ۱۳۸۵رمان شوایک سه بار و به سه شکل متفاوت به فارسی ترجمه و منتشر شده. پیش از انقلاب «حسن قائمیان» بخشی از رمان را با عنوان «مصدر سرکار ستوان» ترجمه و منتشر کرد. سپس «ایرج پزشکزاد» بخش اول رمان را با عنوان «شوایک؛ سرباز پاک دل» توسط نشر زمان به چاپ رساند. نسخه کامل را «کمال ظاهری» که سالها در مجارستان زندگی کرده از زبان مجاری به فارسی برگردانده، و در ۹۰۸ صفحه به نشر چشمه سپرده و به چاپ رسیده است
Dalam cerpennya yang kemudian dibukukan dalam kumpulan cerpen yang berjudul sama, Jl Asmaradana, Kuntowijoyo mengawali dengan menyinggung soal dua sisi menarik dari fragmen manusia, tragic sense of life dan comic sense of life. Tragic sense of life menganggap hidup sebagai sebuah tragedi, memandang dunia serba suram. Comic sense of life, menganggap hidup sebagai sebuah lelucon. Kira-kira begitu secara parsial saya mengingat-ingat paragraf awal cerpen tersebut.Pembaca review yang budiman, *ehem..ehem..*Demikianlah yang terjadi dengan il protagonista, tokoh utama kita kali ini. Jacob Schweik. Seorang prajurit suruhan dalam perang antara Austria (yang bergabung dengan Ceko dan Jerman) melawan Rusia. Dari sejumlah kejadian yang dialaminya, barangkali inilah contoh sempurna untuk menggambarkan dua hal di atas, tragical sekaligus comical, saling membalut dan membungkus.Schweik hanyalah seorang prajurit, bukan kopral, sersan, mayor bahkan jenderal sekalipun. Sebuah pesan dari Jaroslav Hasek, sang pengarang untuk menegaskan sekali lagi bahwa sejarah bukan melulu kepunyaan mereka yang berkuasa-seperti tertulis dalam pengantarnya-, inilah prajurit kita yang lugu, humoris dan satiris -begitu back cover buku ini melukiskannya- seorang uncelebrated lives yang penuh kejujuran dan ketulusan menelanjangi kepura-puraan dan kedok-kedok moralitas pun agama.Banyak rangkaian 'keajaiban' yang Schweik alami. Beberapa keajaiban tersebut banyak yang berupa 'kesialan'. Saya jadi teringat tokoh kartun si anjing droopy yang hampir selalu beruntung dalam segala hal. Schweik bukan anjing, kendati para komandannya biasa meneriaki dia anjing, dia hanyalah penjual anjing selepas dibuang dari kesatuannya karena dianggap lemah mental/akal yang kemudian bergabung kembali ke pasukan Austria.Schweik begitu jujur dan lugu dan tidak bisa dimengerti kebanyakan orang. Terkadang kisahnya membuat kita menjadi haru, saat kondisi tubuhnya yang sakit, dan tidak memungkinkan, dia tetap menguatkan dirinya untuk ikut dalam perang. Bagian ini membuat saya 'bergetar',Maka pada hari yang bersejarah itusuatu bukti kesetiaan terhadapnegara dipamerkan di jalan-jalan kota Praha.Seorang wanita tua mendorong sebuah kursi roda yang diduduki seorang pria memakai topi militer mengkilap sambil melambai-lambaikan sepasang tongkat penyangga. Jaket lelaki itu dihiasi dengan seikat bunga berwarna cerah.Orang itu (Schweik) sambil melambaikan tongkatnya berkali-kali berseru di sepanjang jalan-jalan kota Praha: "ke Belgrado! ke Belgrado!" (hal 42).Masih di bab yang sama, semangat patriotik Schweik justru membawanya ke penjara tentara.Sangkur-sangkur mengkilap terkena cahaya matahari dan Schweik beserta pengawalnya sampai ke tugu Radetsky. Kepada orang-orang bergerombol yang mengikutinya, Schweik berseru:"ke Belgrado! ke Belgrado!"Di atas tongkat penyangganya, patung Marsekal Radetsky memandang lembu Schweik, si prajurit baik hati yang berjalan tertimpang-timpang dengan ikatan bunga cerah di jaket sukarelawannya. Seorang tua berwibawa berkata kepada orang-orang disekelilingnya bahwa prajurit-prajurit bersangkur terhunus itu membawa seorang prajurit yang melarikan diri dari garis depan (hal 45).What a good soldier !!Kisah ini berlatarbelakang Perang Dunia I. Jangan harap menemukan pertempuran berdarah-darah dan kegagahan serdadu-serdadu Ceko, Austria, Jerman dan Rusia di dalamnya, secara wungkul buku ini terpusat pada satu watak yaitu Schweik itu sendiri. Watak lain, tak lebih hanya sebatas pengisi rangkaian cerita, pelengkap sejumlah kisah ajaib prajurit kita ini.Buku terjemahan yang saya baca ini merupakan terjemahan Pustaka Jaya cetakan ketiga. Secara umum, terjemahannya bagus, bahasanya sederhana membuat enak dalam membacanya. Yang bikin enek adalah banyak sekali kesalahan pengetikan (typo) dari awal sampai akhir. Menganggu sekali. barangkali penerbit ingin memasukan unsur satire melalui typo ini, atau ini lelucon belaka dari penerbit?? :D lebih baik saya berpikir seperti itu saja. Hla wong bukunya sudah kadung dibeli dan terlanjur cinta jee....Jadi, pembaca review yang budiman,Jika anda menyukai kisah-kisah satire, buku ini full recommended lah :D
What do You think about The Good Soldier Švejk (2005)?
If you like historical fiction written by contemporaries about recent events, like "All's Quiet on the Western Front," and that depict events from a new perspective - try out this hidden classic. If you don't often hear the German side of WWI in U.S. history classes, you also hear even less about the other losers like Austria-Hungary. This novel gives a great glimpse behind the scenes as the twilight years of the Hapsburgs unfold in this "first" of the Great Wars across Europe and the rest of the world. Svejk (Schweik in some translations) is a Falstaffian soldier who either deliberately or guilessly avoids all work, conflict, combat, etc. as he traipses through the war on the southeastern fronts in the multi-national conflict that was the collapse of four empires in the making. He's sort of a cross of an Everyman, a small nation Eastern European (Czech, Slovak, Hungarian, Serb, Croat, Slovene, etc), Don Quixote, and a precursor to Hogan's Heroes Sgt. Schultz. A fun read that opens up how complex the times really were, how hard it was to be in a multi-national state trying to compete in the 20th century, and how horrible any outcome was going to be. A precursor to such novels as "Catch-22"; it makes you question your own understanding of events and what was lost to the grinding warfare of WWI on any front.
—Cam
I've been on a roll with my reading recently. Love having time off.Anyways - it is often said that this novel was an inspiration for Catch-22. Like Catch-22, it is hilarious. Unfortunately, it tends to go on for a little too long, also like Catch-22.The moralizing in the end does tend to break up the monotony. The book ends abruptly, but this is due to the author's unfortunate death. This also explains some 'unpolished' sections of the book.Despite these flaws, it is still hilarious and very much worth your time if you want a good rollicking anti-war novel.
—Hadrian
My initial reaction to this book after reading the first few chapters is that it reminded me of Catch-22. Sure enough, after some research, I found out that Heller credits Hasek's work as one of his key influences. If you appreciate the biting satire, base humor, and no-holds-barred castigation of bureaucratic organizations in Catch-22, you love it in Svejk as well. Sveyk, the (seemingly) good-natured and dopey Dudley-Do-Right of the Czech contingent in the Austria-Hungarian army during WWI is a well known "hero" in his home country. He represents the "little people" on a world scale, the powerless little countries that have been at the mercy of their militant neighbors throughout the 20th century. Sveyk, unable to assert any form of control on the political chaos around him, engages in a more passive-aggressive tactic. Pretending to be a patriotic supporter of the war, he ensures, through "innocent" bumbling mistakes, that more energy be required to get him to the front than necessary. Although officially labeled an "imbecile" by the military, Sveyk's canniness shines though in his ability to shame and/or outwit the forces that try to impose him (and what greater enemy of the common soldier exists than his own chain of command?) Secondary and tertiary players provide a colorful cast of caricatures: the sozzled chaplain who falls over drunk at mass, the idiot general who speaks in platitudes, the ambitious cadet whose cognac hangover is misdiagnosed as cholera, and finally the Sveyk's own well-meaning and hopelessly frustrated superior officer Lt. Lukas. All of this shows us the political quagmire of WWI eastern Europe and shocks us because really, has anything changed?
—Wendy