What do You think about The Hunter: A Detective Takako Otomichi Mystery (2007)?
Saya menyukai bagaimana penulis mendeskripsikan step by step anggota kepolisian menyelidiki sebuah kasus, mulai dari bagaimana judul sebuah kasus ditetapkan sampai kemudian kasus ditutup. Yang menarik selain deskripsi mengenai langkah-langkah yang begitu jelas adalah hubungan kedua mitra kerja Takizawa dan Takako yang mengalir dan melunak seiring waktu, tidak terburu-buru namun berjalan dan terasa alami. Karakter Takako pun terasa begitu pas sebagai seorang polisi wanita di antara para polisi di
—Vanessa
Seorang pria memasuki sebuah restoran ketika waktu sudah menunjukkan tengah malam. Dia memesan tempat untuk dua orang. Pelayan yang melayaninya mempersilahkan dirinya duduk di sebuah meja, lalu melayani pengunjung lain. Tiba-tiba saja, api menyulut pria tersebut dari pinggang ke atas. Semua orang terkejut, bahkan pelayan yang berada di dekatnya tidak mampu berbuat apa-apa. Kejadian itu berakhir dengan tewasnya pria itu beserta beberapa orang yang terluka akibat saling berdesakan untuk keluar dari restoran. Bukan itu saja, api yang merambat membakar hampir separuh dari gedung dimana restoran itu berada.Takizawa adalah salah satu petugas polisi yang bertugas di tempat kejadian malam itu. Berdasarkan hasil penyelidikan, selain luka bakar ditemukan juga bekas gigitan anjing pada tubuh korban. Kesimpulan sementara adalah bahwa korban tidak melakukan bunuh diri karena sempat meminta tolong. Belum tuntas penyelidikan akan korban yang tewas akibat luka bakar tadi, seorang korban ditemukan tewas karena diserang anjing. Tim investigasi yang terdiri atas beberapa detektif segera dibentuk untuk menyingkap identitas korban, pelaku pembunuhan, dan hubungan antara kedua kasus tersebut. Dalam tim tersebut, Takizawa dipasangkan dengan detektif perempuan Takoko Otomichi.Selain mengisahkan tentang jalannya penyelidikan, novel ini juga menyorot hubungan antara Takizawa dan Takoko. Pada dasarnya keduanya tidak saling menyukai. Takizawa yang ditinggalkan istrinya, tidak senang dipasangkan dengan detektif wanita yang menurutnya terlalu manis untuk menjadi polisi. Sementara Takoko yang juga sudah bercerai tidak menerima perlakuan sinis dari partnernya. Hanya saja sebagai yang lebih muda, Takoko masih menaruh hormat pada pria yang disebutnya “penguin kaisar” itu. Pada bagian awal hingga mencapai pertengahan buku, konflik tersembunyi antara kedua tokoh ini terasa lebih dominan dibandingkan kasus yang mereka hadapi .Titik terang kasus yang mereka hadapi mulai terlihat jelas ketika muncul dua korban lainnya yang juga diserang oleh anjing yang sama. Hasil penyelidikan menyebutkan bahwa anjing yang membunuh korban lainnya adalah anjing serigala. Takoko yang tertarik dengan anjing mencoba melakukan penyelidikan ilmiah mengenai anjing serigala tersebut, sampai mendatangi pusat penjualan anjing serta dinas kepolisian yang melatih anjing khusus. Sementara Takizawa merasa apa yang dilakukan Takoko hanyalah buang-buang waktu.Secara keseluruhan saya melihat bahwa penulis berusaha mengangkat dua hal dalam novel ini, yaitu betapa beratnya kehidupan seorang polisi (detektif) dan juga mengenai perilaku anjing serigala. The Hunter adalah simbol untuk kedua makhluk hidup yang berbeda ini. Seorang polisi yang bekerja mengejar pelaku pembunuhan meski harus mengorbankan banyak hal termasuk keluarga, juga seekor anjing serigala yang menunjukkan kesetiaannya mencari orang-orang yang pernah menyakiti tuannya.Meski jalan ceritanya menarik, saya sempat dibuat tidak sabar dengan alur yang terasa lambat. Penyebutan terhadap tokoh sang detektif wanita yang kadang dipanggil Takoko kadang dipanggil Otomichi membuat saya terkadang bingung. Selain itu saya juga menyesalkan penerjemahan nama untuk si anjing serigala dari Hayate menjadi Topan. Ohya, ternyata sudah ada film adaptasi yang dibuat berdasarkan novel ini. Judulnya Howling yang dirilis oleh Korea Selatan pada tahun 2012.
—destinugrainy
At ten minutes to midnight, a man walks into a family restaurant in Tokyo. Masayo, a waitress, escorts him to a table, hands him a menu, and moves to deliver coffee to customers at another table. “…she set a bottle of beer and a glass on a tray and started toward the man’s table. The words “Sorry to keep you waiting” were in the middle of her throat when it happened – flames shot up, right before her eyes….At first, Masayo was too stunned to realize what was happening. The next instant, she was screaming in terror.” The flames burned hotter and higher as customers and employees tried desperately to escape the fire. Masayo gets knocked to the floor and crawls, blindly, toward the wind. But the wind feeds the flames and soon the restaurant is engulfed. It seemed as if it only took a minute for hell to take over.One thing the arson investigators and the police know with certainty. There is no such thing as spontaneous combustion. The man at the center of the inferno either set himself on fire or somehow, someway, someone else did it.The public are hysterical, fearful of the unexplained, so the police department calls in every available body from the Tokyo police and from surrounding communities. Partners are assigned seemingly randomly and, from the point of view of one member of a pair, seemingly without thought to which two people might actually be able to work together. Takako Otomichi is the only female member of the motorcycle squad. Sergeant Tamotsu Takizawa is experienced, determined, and furious that he was been partnered with a girl.The pressure increases significantly when more bodies are found, seemingly killed by a wild beast. The odd couple struggle along, he always walking fast and away from her, she always keeping up, he always making comments about her to her, she pretending she doesn’t hear them. When, finally, they have to interview Masayo in her hospital room, and she will only talk to Takako, the sergeant acknowledges that maybe a female can be an asset.Strange as it first appears, the police believe that the death in the restaurant is connected to the killings that show the signs of an animal attack. Takako and Takizawa follow leads that take them to Tokyo’s red light district, to nightclubs, drug dealers, and a teenage prostitution ring. How could any of this be connected to the attacks of a wild animal?THE HUNTER is fast-paced and it is a fast read. Both police officers are likeable and the story has a satisfactory ending. The murders are grisly but the details can be easily skipped. There are no details about the prostitution ring or the drug dealers.Unfortunately, no other books in the series were made available in English.
—Beth