Share for friends:

Read The Naughtiest Girl In The School (1999)

The Naughtiest Girl in the School (1999)

Online Book

Author
Genre
Rating
3.48 of 5 Votes: 6
Your rating
ISBN
0340727586 (ISBN13: 9780340727584)
Language
English
Publisher
hodder

The Naughtiest Girl In The School (1999) - Plot & Excerpts

Apa yang kamu rasakan jika kamu anak satu-satunya yang biasanya dimanja oleh mama dan papa, bebas melakukan apa saja dirumah, tiba-tiba harus bersekolah dan tinggal di asrama bersama-sama dengan banyak orang dalam satu gedung dan jauh dari keluarga? Pastilah sangat menyebalkan rasanya.Demikian perasaan Elisabeth Allen saat orangtuanya memutuskan untuk mengirimkan Elisabeth ke sekolah asrama Whyteleafe.Banyak hal baru yang ditemui Elizabeth selama bersekolah ditempat ini. Dia harus belajar berbagi dengan orang lain dan tidak mementingkan kepentingannya sendiri. Tapi dia tidak suka melakukannya, oleh karna itu dia sengaja melakukan hal-hal yang menyebalkan dan bertingkah laku buruk dengan guru dan pengawas di Whyteleafe. Dengan tujuan agar dia dipulangkan ke rumahnya secepat mungkin. Suatu saat Ketua Pengawas Rita dan William memberikan suatu tantangan untuk Elizabeth, untuk mendekati salah seorang murid Joan Townsend yang penyendiri, tidak percaya diri. Karna Elizabeth mengagumi mereka berdua, maka diapun menerima tantangan itu.Akhirnya dimulailah persahabatan antara Joan dan Elizabeth. Mereka saling curhat-curhatan dan tidak pernah terpisahkan bagaikan anak kembar. Elizabeth tahu bahwa Joan tidak pernah diperhatikan oleh Ibunya. Disaat semua anak-anak mendapatkan kiriman kue, makanan atau barang-barang dari ibu mereka masing-masing, hanya Joan yang tidak pernah mendapatkan kiriman dari Ibunya.Suatu ketika, timbullah ide dalam hati Elizabeth. Dia merencanakan kejutan untuk Joan di hari ulang tahunnya. Dia mengirimkan kue ulang tahun yang besar dan enak beserta kartu ucapan yang bertuliskan dari sang Ibu. Joan awalnya sangat senang mendapatkannya. Dia mengira ibunya mengingatnya. Namun saat dia mengucapkan terima kasih kepada Ibunya untuk kirimannya, betapa terkejutnya dia saat dia tahu Ibunya tidak pernah mengirimkan apa-apa bahkan lupa ulangtahunnya. Joan sangat terpukul hingga jatuh sakit.Elizabeth saat melihat hal ini merasa sangat bersalah. Karna semua ini adalah idenya, dan dia tidak pernah terpikirkan akan berakhir seperti ini. Maka Elizabeth menghubungi Ibu Townsend dan menjelaskan semuanya. Sesaat tersentuhlah hati sang Ibu dan segera mengunjungi Joan. Ibunya mengakui bahwa dia tidak mempedulikan Joan sejak saat Joan dan adik laki-lakinya sakit keras, dan adik laki-lakinya yang justru meninggal. Ibunya sangat terpukul dan tidak pernah memperhatikan Joan.Namun berkat kejadian ini telah membuka matanya dan akhirnya dinding yang terbentang antara ibu dan anak, runtuh sudah. Semua teman-teman dan guru-guru senang dengan usaha Elizabeth. Teman-teman yang awalnya membenci Elizabeth kini jadi suka padanya. Terutama Rita dan William, karna ELizabeth berhasil menjawab tantangan mereka.Apakah akhirnya Elizabeth tetap akan pulang kerumahnya dan berhenti sekolah di Whyteleafe? Silakan dibaca bukunya...:)Sejak kecil saya sangat menyukai Enyd Blyton. Cara beliau bercerita sangat khas Inggris. Apalagi jika tentang anak-anak sekolah berasrama, sungguh kita dapat merasakan suasana disana. Seri Si Badung ini sungguh menarik, tidak bosan untuk dibaca berulangkali, penuh tawa juga haru. Dan tak kalah pentingnya, begitu banyak nilai moral yang diajarkan di buku ini. Banyak diajarkan tentang kebersamaan. Jika ada yang mendapatkan kiriman dari rumahnya, maka harus dibagi-bagi dengan yang lain. Diajarkan untuk mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Diajarkan bagaimana untuk disiplin.Tapi yang sangat menyentuh hati saya adalah saat Elizabeth mempersiapkan secara matang rencananya untuk memberikan kejutan bagi sahabatnya. Bayangkan dia rela mengorbankan uang jajannya hanya untuk menyenangkan hati sahabatnya. Walaupun dia tidak memikirkan resikonya, tapi untuk anak seusia ELizabeth memikirkan hal sejauh itu dan mulia sungguhlah luar biasa.Terbukti bahwa oleh karna ketulusan hatinya, maka segala jerih payahnya tidak kembali sia-sia. Berkat kebaikan hatinya dia telah mempererat hubungan Joan dan Ibunya yang sudah lama putus."Segala jerih payah jika dilakukan dengan ketulusan hati, tidak akan kembali sia-sia.."

Elizabeth Allen sama sekali tak senang waktu diputuskan ia harus bersekolah dan tinggal di asrama. Di rumah ia memiliki segalanya, apa saja yang bisa membuatnya senang. Di sekolah pastilah ia akan tersiksa. Maka Elizabeth memutuskan untuk menjadi anak paling nakal, paling badung. Tetapi ternyata hasilnya jauh di luar dugaannya.Review Dibuku ini baru dikisahkan bagaimana awal mula Elizabeth bersekolah di sekolah Whyteleaf. Elizabethlah yang menjadi murid baru di sekolah ini dengan tekad awalnya ingin dikeluarkan dari sekolah karena tidak ingin berpisah dengan orang tuanya. Tapi, peraturan sekolah dan kehidupan sekolah yang berbeda dengan kehidupan biasanya dan ternyata menyenangkan itu dapat mengubah tekad Elizabeth. Berbagai kejadian menarik terjadi, misalnya bagaimana Elizabeth mati-matian berusaha menjadi badung yang akhirnya dia berhasil dikenal sebagai si Cewek Badung Bandel Bengal, bagaimana Elizabeth mulai bersahabat dengan salah seorang temannya, bagaimana ia menghadapi tiap Rapat Besar karena ulahnya, dan masih banyak lagi.Cewek Paling Badung di Sekolah adalah seri pertama dari empat seri 'Si Badung' karya Enid Blyton. Buku ini salah satu buku must be read jaman SMP dulu. Dalam buku ini, kita akan menemukan sekolah dengan sistem demokratis yang mana peraturan dijalankan, dibuat, dan diawasi oleh seluruh siswa. Guru dan orang dewasa lainnya mulai berperan dalam pengambilan keputusan yang dirasa sangat sulit bagi anak-anak didiknya. Ini sangat menarik. Juga bagaimana murid dan guru sepakat ingin membuat Elizabeth betah tinggal di sekolah walaupun mereka tahu Elizabeth suka bertingkah badung tapi sebenarnya ada kelembutan hati di dalamnya. Orang dewasa yang mempercayai anak didiknya yang walaupun nakal tapi bila dicari tahu akar dari kenakalannya dan diselesaikan bersama, anak yang nakal itu bisa berubah menjadi sangat baik. Anak-anak memberikan hukuman dengan dipikir secara matang apakah sebuah hukuman benar-benar akan membuat pelakunya jera atau malah membuat pelaunya menjadi dendam. bagaimana semua siswa menolong anak-anak yang mendapat hukuman agar jera dan tidak mengulangi kesalahannya tapi tetap memaafkan mereka dan membantu mereka saat kesulitan.KesimpulanBuku yang sangat bagus dibaca untuk anak disamping karena nilai yang disampaikan bagus juga karena didukung penuturan yang lugas dan apa adanya seperti apa adanya anak berbicara. Sampai terbesit pertanyaan didalam hati masih Ada gak ya sekolah di Indonesia yang seperti ini ?

What do You think about The Naughtiest Girl In The School (1999)?

Bisa juga dibaca di sini: http://kandangbaca.blogspot.com/2012/...Cewek Paling Badung di Sekolah adalah seri pertama dari empat seri 'Si Badung' karya Enid Blyton. Meski saya tak banyak membaca karya-karya Enid Blyton yang lain (Lima Sekawan, Sapta Siaga, dll), saya termasuk beruntung sempat membaca buku ini waktu kecil.Elizabeth Allen, 11 tahun, berparas manis, kaya, dan manja. Saking manjanya, ia jadi kurang ajar. Kelakuannya sangat nakal. Selama ini ia menjalani homescholling seperti anak-anak kaya lain di Inggris pada masa itu. Nona Scott, guru privat Elizabeth akhirnya tak tahan menghadapi kelakuan nakal Elizabeth dan memutuskan untuk berhenti. Karena kesulitan mencari guru pengganti, orang tua Elizabeth akhirnya memutuskan mengirimnya ke sekolah berasrama: Whyteleafe.Elizabeth tidak suka dengan keputusan orang tuanya. Ia melakukan segala macam cara agar tidak dikirim ke Whyteleafe, mulai dari bertingkah lebih nakal dari biasanya, sampai bersikap sangat manis dan sopan. Sayangnya keputusan orang tuanya sudah bulat. Suka atau tidak suka, Elizabeth tetap harus bersekolah di sana.Namun gadis itu punya rencana sendiri. Ia akan bersikap sangat sangat nakal agar pihak sekolah mengeluarkannya. Di sekolah, ia kerap melanggar peraturan dan selalu bersikap kasar pada teman-temannya, sampai-sampai ia sering mendapat hukuman dan dijauhi teman-temannya. Meski demikian, pihak sekolah tak juga mengeluarkan Elizabeth.Suatu saat Elizabeth bertemu dengan Joan, murid yang pendiam, tak punya teman, dan terlihat sangat tidak bahagia. Pada dasarnya Elizabeth anak yang berhati lembut. Ia jatuh kasihan pada Joan, dan memutuskan untuk menjadi temannya, meski awalnya Joan menolak berteman dengan Elizabeth. Kini Elizabeth berteman akrab dengan Joan, walau hal tersebut tak lantas membuat Elizabeth mengubah keputusannya.Pihak sekolah akhirnya mengambil keputusan bahwa jika sampai tengah semester nanti Elizabeth mampu bersikap baik, maka ia boleh memilih untuk pulang ke rumah atau tetap tinggal di sekolah. Elizabeth menyetujui kesepakatan tersebut. Seiring berjalannya waktu, gadis itu mulai menyukai sekolahnya. banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Pelajarannya dan teman-temannya juga ternyata asyik. Bahkan, Elizabeth termasuk anak yang paling pintar di sekolah itu.Elizabet menghadapi dilema. Di satu sisi ia sangat menyukai Whyteleafe, tapi di sini lain ia masih bersikeras keluar dari sekolah itu. Lagi pula, ia sudah terlanjur mengumumkan pada semua orang di Whyteleafe bahwa ia membenci sekolah itu dan tetap ingin pulang.Baca kisah lengkapnya di Cewek Paling Badung di Sekolah. "Bukan begitu. Masalahnya adalah semua orang terlalu menyayangimu," kata Nona Scott. "Kau cantik, periang, kaya raya. Karena itulah semua orang memanjakanmu. Semua menyukai penampilanmu, caramu tersenyum, caramu berpakaian. Semua tak bosan-bosan memujimu, membelamu, menyayangimu. Dan mereka memanjakanmu. Padahal akan lebih baik bila kau diperlakukan seperti anak-anak lainnya saja. Tetapi tak cukup bagi seseorang untuk hanya memiliki wajah cantik dan senyum ceria. Untuk menjadi anak yang baik, kau harus memiliki hati. Hati yang baik." (hlm. 13)Saya pribadi sangat meyukai kisah dalam buku ini. Selain tokoh Elizabeth, tokoh-tokoh lain dalam buku ini juga menarik dan mudah untuk disukai pembaca. Walau buku ini berkisah tentang anak nakal, buku ini sangat aman kok dibaca oleh anak-anak (ya memang buku anak-anak sih, hehehe) karena terdapat banyak pesan moral di dalamnya. Elizabeth sebenarnya anak yang baik dan berhati lembut. Ia gadis yang penuh percaya diri dan teguh pendiriannya. Sayangnya ia terlalu keras kepala. Saya juga jatuh cinta pada Whyteleafe. Saya bahkan berangan-angan bisa bersekolah di sana... sebelum akhirnya saya diperkenalkan pada Hogwarts oleh JK Rowling. :)5/5 bintang untuk buku yang penuh kenangan ini.
—Yovano N.

I first read this in the mid-80s when I was about 8-10 or so and I really liked this series. I also read The Naughtiest Girl Again and The Naughtiest Girl is a Monitor before this, but I recently found out there is a fourth one (and others written by someone else that I probably won't read!).I know it's dated now and unrealistic even then - the children more or less run the school and make all the decisions - but there's something appealing to children about boarding school life where it seems all they do is eat cakes and get spending money to buy sweets, and a world where children make the rules. I think it just appeals to children who are constantly under the control of adults.Reading it now at 34 years old, I got less out of it obviously, but it was nice to go back.
—Hil

The Naughtiest Girl in SchoolI bought a couple of Blyton’s books a couple of years ago because I thought that I might have missed out not having had the chance to read them when I was a child. I never got around to reading them until one Friday afternoon a couple of weeks ago. The books all seem a bit formulaic and I had to constantly remind myself that they were written at a totally different time in a rather different society. Nevertheless I couldn’t shake the conflicting feelings about the book’s premise that girls must behave in an obedient, proper and polite way at all times. My inner feminist was screeching indignantly.I don’t negate that it would be desirable if kids were taught to be polite, because there’s quite a bit of rudeness going around these days. I wonder, though, whether politeness and gentleness can really be “taught” or whether they are rather picked up by mimicking others. I reject the notion of a uniform society, no matter how polite. Being different, being individual should be celebrated in kids as well as in adults.The story of little Elizabeth’s struggle to be naughty and horrid to achieve her goal of being sent home from Whyteleafe Boarding School drew me in despite myself, but it was more of a detached scientific reading, a fascination with a world that no longer exists in the depicted way if ever it did. At first I thought that I wouldn’t be able to get used to the archaic language, but it didn’t bother me that much after a while.I am not really familiar with whole literary sub-genre of boarding school setting, but I always had a soft spot for it, glorifying life at boarding school (I did, obviously, never attend one myself). I only owned one or two books set in the BS environment when I was a kid and I adored them.I seriously doubt the appeal of this book to young children today. There are a few points in its favour:- the need for a best friends to share joy and worry with- the desire to do well in school, to please parents and teachers- the wish to be loved, to be surrounded by the people and objects one loves- the ability to easily adapt to new surroundingsThere are, however, as many points I’d argues make the book inaccessible for today’s youth. Just to mention two:-tthe old-fashioned and dated language-tthe almost tech-free setting (sports, music, painting, and dancing as opposed to video games, internet, mobile phones, etc.). Then again, the Harry Potter books worked fine without technical gadgetry, but they had spells and potions to counter that lack (not to mention, a lot more suspense with the fight of good vs evil and far more action).The whole book is extremely feeling-based. The most important thing is to pass the judgement and gain the appraisal of others.If one were inclined to do so, one could break the entire novel into lessons: -tthe pleasure of sharing as opposed to hoarding everything to oneself-tthe good deed of saying “I’m sorry”-tpride is wrong and will only hurt oneself-tstrength lies within one’s ability to change one’s mindAnd so on and so forth. The almost socialist self-governance of the pupils amused me. Of course, this would only work if the world (or a school) were populated by as perfect role models as portrayed here, who’d never abuse the power given to them, and we all know that the world doesn’t work that way (not even in a boarding school micro cosmos).
—Jana

Write Review

(Review will shown on site after approval)

Read books by author Enid Blyton

Read books in series the naughtiest girl

Read books in category Nonfiction