well aku sudah lama punya buku ini. sekitar 1 tahun yang lalu dan membiarkannya terbengkalai di dalam rak buku selama beberapa nulan.suatu hari saya meminta sahabat saya untuk membacanya duluan dan ketika sudah selesai, saya meminta dia untuk memberitahukan apa hal yang menarik dari buku ini.setelah teman saya memberitahukan apa saja hal menarik tersebut, akhirnya bulan ke-3 saya memutuskan membaca novel ini.pertanyaan pertama, yang timbul adalah, kenapa novel ini tidak sampai membuat saya tertarik membaca ?. sama seperti ketika saya membaca Last Minutes in Manhattan. karena setelah membaca nevel serial STPC itu saya memutuskan untuk mneyukai Yoana Dianika.sama seperti novel roman lainnya, ending dari novel ini tidak terlalu mengejutkan. padahal saya ingin sekali menemukan sesuatu yang berbeda dari novel karya Yoana ini.kekurangan novel ini adalah cerita yang sepertinya sengaja dibagi menjadi 2. fokus ke cerita dengan konflik khas romansa adult. atau nuansa musim gugur khas Wina. dan saya sendiri menikmati nuansa musim gugur khas Wina dari pada alur percintaan antara Elena dan lelaki mata abu-abu.sebenarnya saya ragu dengan menggunakan bintang 3 karena saya masih belum merasa puas dengan karya Yoana ini dibandingkan dengan last minutes in Manhattan. ^^v ceritanya amat sangat standar dan umum. Cukup manis, tapi tokoh-tokohnya berasa kurang 'bule' bagi saya, yang memang kebanyakan begitu di novel-novel dengan tokoh bule karangan penulis Indonesia. Dan yang amat sangat mengganjal, ini setting tempatnya kan di Austria, which is a German speaking country tapi kok manggil orang tua pake Mom&Dad bukannya Mama&Papa? sama kayak novel Swissnya Alvi Syahrin.
What do You think about Till We Meet Again (2011)?
Cinta punya kekuatan untuk menyatukan sepasang insan manusia :)
—mar636
A good description, unfortunatelly mainstream story.
—truetaurus
if you really like Austria, try this one...
—nsenger