Keinginan membaca Danur datang ketika saya ingin membandingkannya dengan naskah-naskah bergenre horor yang pernah edit.Hm, ternyata setelah membacanya saya tidak takut (perlu diketahui saya seorang penakut). Dan ternyata juga hal yang membuat buku ini "ngena" banget sama diri saya adalah perihal kepergian. Batas antara benci dan cinta itu tipis sekali. Saya hampir saja "membenci" Tuhan ketika kehilangan suami dan kisah itu saya dapatkan dalam Danur. Satu pelajaran penting setelah membaca Danur adalah saya tidak mau bunuh diri. Semalam baca ._. Oh good, saat semuanya sedang tidur. Tapi entah kenapa saya tidak merasa merinding atau apapun. Harusnya bisa membuat saya merasakan kalau mereka 'ada'. Tapi, dari naskahnya sih sebenarnya oke. Dengan potongan kisah, surat-surat dan lain sebagainya. "Sahabat2-nya" rata-rata adalah anak-anak Belanda pada masa penjajahan Indonesia. Sebuah kesalahan membuat mereka menghilang dan membuat hidupnya semakin kacau dengan semakin banyaknya "mereka-mereka" yang lain berkeliling di sekitarnya.