Buku ini tidak seseram pendahulunya "danur" lebih teratur dan fokus pada kisah Risa beserta kelima sahabatnya. Banyak pula terdapat ilustrasi gambar, yang menambah daya tarik buku ini. Namun menurut saya buku ini terkesan kurang gereget karena cerita seakan diulur dan kurang menimbulkan sensasi mengiba kepada para tokoh non-hidup yang diceritakan. Ada satu lagi hal yang disayangkan dalam buku ini, yaitu beberapa bagian cerita dicetak dengan font terlampau kreatif yang membutuhkan kesabaran ekstra untuk membacanya. Sama seperti di buku sebelumnya, Risa Saraswati masih bercerita tentang kehidupannya bersama 5 sahabatnya Peter, Hans, Janshen, William, dan Hendrick. Pasang surut keharmonisan persahabatan mereka dan kelucuan-kelucuan yang digambarkan melalui dialog antara Risa dan 5 sahabatnya. Tokoh-tokoh baru yang muncul, yang pada akhirnya bergabung menjadi sahabat Risa juga.Selain kisah Risa dan sahabat plus-plusnya, ada pula kisah lain yang juga cukup mengharukan. Di antaranya, kisah Canting sang penari yang menjadi istri kedua pelatihnya. Hidup Canting cukup mengenaskan, disia-siakan oleh suaminya pada saat sedang hamil. Canting meninggal ketika melahirkan anaknya. Kisah ini juga dituangkan ke dalam lagu "Aku dan Buih" oleh Risa Saraswati di album Mirror.