Tadinya mau ngasih empat bintang, tapi karena kesel sama banyaknya PoV1 yang nggak konsisten, akhirnya ngasih tiga bintang aja deh. Bukan itu aja sih. Entah kenapa twistnya nggak begitu berarti. Musuh-musuhnya nggak disiapkan dengan baik, karena pas diungkap si sosok musuh dalam selimut, rasanya biasa aja. Nggak ada yang bikin kaget. Lalu, konfliknya pun terasa datar. Lurus-lurus aja. Si Thomas emang selalu nemu kesulitan tiap kali menyelesaikan misi-misinya, tapi selalu saja ada bantuan yang datang. Ada faktor X yang menyelamatkannya. Dan polanya sama. Predictable banget. Terus soal ending, pas Thomas mengatur navigasi otomatis, penulis seolah memperlihatkan bahwa si tokoh benar-benar tahu kemana arah cerita selanjutnya. Menurut saya sih bagian ini cacat logika. Gonna read the sequel. Mudah2an nggak mengecewakan. Oh iya, satu lagi, sebutan 'orang tua ini' yang kerap kali diucapkan kakeknya Thomas terdengar menggelikan. Gak ada masalah sih, kecuali di saat-saat genting, si kakek ini masih menyebut dirinya 'orang tua ini'. Oh ayolah... buat dialog santai dan untuk menunjukkan sisi kekeluargaan, ini terdengar hangat dan menyenangkan. Tapi di saat krusial, it sounds so ridiculous. Baru dua jam yang lalu saya menuntaskan novel ini, novel yang sangat menyenangkan sebagai teman perjalanan di kereta yang membosankan selama 15 jam pulang pergi.Well, memang agak sulit menceritakan sesuatu tentang negeri para bedebah, kata 'menarik' saja sepertinya tidak cukup. Ini kali tere liye berhasil membuat novel menegangkan, tanpa bumbu percintaan, persis seperti sedang menyaksikan film action dengan beragam intrik, adegan pukul-pukulan, hingga tembak-tembakan. Siapapun, setidaknya yang mengikuti berita tentang bank century, tentu akan langsung mengerti sejak awal sekali, bahwa tere liye sedang menuntun kita untuk mengikuti teorinya tentang skandal bank yang akhirnya di bail out oleh pemerintah itu.Sedikitnya ada dua hal yang membuat saya terkesan sewaktu menikmati negeri para bedebah. Satu, saya setuju dengan pendapat tere liye, bahwa dunia ini tidak hitam putih. Dalam hal itu penulis sempurna mengejawantahkannya dengan menjadikan Thomas sebagai orang pertama, dengan masa lalunya sebagai korban orang-orang tak bertanggung jawab, tapi justru ia lah yang menjadi penyebab dana bail out akhirnya berhasil mengalir. Kedua, saya terkesan dengan penggambaran soal Ibu Menteri. Saya menafsirkannya sebagai Ibu Sri Mulyani, disini tere liye memang tak sepenuhnya memuji beliau, tapi jelas, tere liye mengajak pembaca, bahwa sosok jenius itu, sejak semula punya pendirian yang benar soal skandal bank tersebut, dan beliau mencintai negeri ini.Selamat bertualang di negeri para bedebah!
What do You think about Negeri Para Bedebah (2012)?
A great book to know about economic worldwide and also its game
—TomBoy177