Saya beri 3 bintang, untuk ketahanan Bernard Batubara dalam menyelesaikan buku ini.Buku ini cenderung membosankan, mulai dari tengah cerita hingga ending-nya. Konflik yang dimunculkan terasa amat egois dan minim sekali. Berputar-putar pada satu masalah dan seperti sengaja mengulur waktu. Kurasa Bara memang sengaja mengulur-ulur untuk memenuhi kertas-kertasnya. Tapi, jika saya boleh membelanya, mungkin karena konsep buku ini adalah surat, cerita-ceritanya terpaksa ia batasi.Bagian awal memang menarik, namun, masuk ke bab belasan, saya amat dongkol, ingin segera ke bagian akhir. Jadi, bab tersebut, hanya saya baca sebagai syarat, tidak ada kesan. Tapi, Bara memperbaiki kekurangannya di bagian ending. Bagi saya, ia telah berhasil meramu ending yang indah.Semoga di buku-bukunya yang lain, Bara tidak menyia-nyiakan rangkaian katanya yang indah untuk alur cerita yang membosankan. Itu saja. Salut buat penulis, yang sangat produktif menghasilkan karya-karya baru. Saya hanya pembaca, bukan penggemar. "Meant to fall in love, but not meant to be together"Kira-kira itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kisah sepasang kekasih dalam buku ini. Sepasang kekasih yang ditakdirkan untuk bertemu dan saling jatuh cinta, namun pada akhirnya harus terpisah karena mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Adalah Areno Adamar (Are) seorang pria pemotret senja, yang jatuh cinta kepada Ruthefia Milana (Ruth) seorang gadis pelukis senja. Awal kisah mereka dimulai dengan pertemuan mereka di dek kapal feri yang menyebrangi selat Bali dari Banyuwangi ke Jembrana. Are yang tidak mempercayai cinta merubah pendiriannya seketika saat bertemu Ruth. Pada awalnya hubungan mereka berjalan lancar walaupun terpisah jarak namun tetap intens dalam berkomunikasi, sampai suatu ketika Ruth menjadi sulit untuk dihubungi. Pada fase itulah mereka memutuskan untuk berpisah walaupun sebenarnya masih ada rasa sayang di hati mereka. Hingga kabar itu datang, Ruth akan menikah dengan pria pilihan orangtuanya. Namun Are tidak menyerah begitu saja, Are tetap memperjuangkan perasaannya terhadap Ruth. Dan klimaksnya membuat saya bercucuran air mata membaca buku ini.Secara garis besar buku ini merupakan surat-surat dan memoar yang ditulis Are untuk Ruth yang berisi tentang periodesasi perjalanan kisah cinta mereka. Bara (sapaan akrab penulis) menuliskannya dengan apik, puitis namun sederhana. Alur yang mengalir akan membawa pembaca masuk jauh lebih dalam ke dalam cerita, membuat kita dapat ikut merasakan dan menyaksikan adegan demi adegan yang ada di buku ini. Sebagian besar setting yang ada di buku ini adalah Bali walaupun ada beberapa kota lain yang menjadi setting seperti Surabaya, Malang dan Yogyakarta namun Bali bisa dibilang menjadi primadona di buku ini. Bara pandai dalam mendeskripsikan keindahan Bali sehingga membuat saya bisa merasakan romantisme Bali. Banyak hal yang saya suka dari buku ini, salah satunya ungkapan-ungkapan puitis tentang perasaan yang bisa jadi mewakili setiap pembaca yang memiliki pengalaman serupa dengan tokoh utama buku ini. Berikut saya sertakan blurb yang mungkin akan menarik minatmu untuk membaca buku ini.Ubud, 6 Oktober 2012Ruth,Satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu sejak lama, bagaimana mungkin kita saling jatuh cinta, namun ditakdirkan untuk tidak bersama?Aku dan kamu tidak bisa memaksa agar kebahagiaan berlangsung selama yang kita inginkan. Jika waktunya telah usai dan perpisahan ini harus terjadi, apa yang bisa kita lakukan?Masihkah ada waktu untuk kita bersama, Ruth?Jika memang kamu harus pergi, berilah aku waktu sedikit lebih panjang untuk menikmati saat-saat terakhir bersamamu. Meski tidak lama, hanya sebentar, seperti senja yang senantiasa kamu lukis, atau seperti ciuman pertama kita yang ragu-ragu. Berilah aku waktu sedikit lebih panjang untuk memelukmu, karena aku belum mengungkapkan seluruhnya yang ingin kukatakan padamu.Ironis, Ruth. Kamu berkata "Aku sayang kamu" tepat pada saat kamu harus meninggalkanku. -Areno
What do You think about Surat Untuk Ruth (2014)?
Mengapa Cinta membuatku mencintaimu, ketika pada saat yang sama kamu mencintai orang yang bukan aku?
—jennifer
"Sakit hati itu sakit ya, Ruth?" Ceritanya: Sedih. Nyesek. Sakit.
—Tracy
Saya paling suka cara bercerita di novel ini....!!!
—nisherin