Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan (2013) - Plot & Excerpts
"You cannot open a book without learning something"-Confucious. Pertama kali lihat buku ini di Gramedia. Tertarik? Jelas. Dengan sampul dominan biru *warna kesukaan saya* dipadukan dengan ilustrasi foto seseorang yang sedang melompat saya merasakan ada kebebasan yang akan saya temukan saat saya membaca buku ini kelak.Nyatanya setelah buku ini ada di tangan saya, hampir sebulan saya membiarkannya nongkrong di rak buku. Iseng search di twitter ternyata buku ini menuai banyak pujian. Buku ini mengisahkan tentang perjalanan sang penulis sendiri. Perjalanan yang dimulai dari titik nol kehidupannya di Lumajang untuk mengelilingi dunia sampai ke Afrika Selatan. Perjalanan yang akan membawanya *juga saya sebagai pembaca* pada kesadaran tentang nilai sebuah perjalanan yang membuatnya terkoneksi dengan orang-orang yang membentuk kenyataan di tanah kehidupanNya.Buku setebal 556 ini disajikan oleh Agustinus Wibowo dengan cermat dan detail itulah sebabnya saya merasakan seperti menonton film dokumenter traveler dengan durasi yang panjang. Bagi saya cara bercerita Agustinus dalam buku ini sangat menarik. Agustinus bercerita secara bergantian mengenai perjalanannya mengelilingi dunia dikoneksikan dengan kisah sakit sang ibunda. Seperti apa yang saya tuliskan sebagai kalimat pembuka review saya, kita tidak dapat membuka buku tanpa mempelajari sesuatu. Benar. Meski membutuhkan waktu seminggu dan memerlukan sedikit konsentrasi saya terpuaskan membaca buku non-fiksi tebal ini. Pemahaman mengenai negara muslim di luar sana, pemahaman tentang seorang backpacker, pemahaman menjadi seorang anak, pencarian jati diri dan arti perjalanan."Perjalanan adalah belajar melihat dunia luar, juga belajar untuk melihat ke dalam diri. Pulang memang adalah jalan yang harus dilalui semua pejalan. Dari Titik Nol kita berangkat, kepada Titik Nol kita kembali" Titik Nol menceritakan perjalanan awal Agustinus ketika memutuskan untuk menjadi backpacker. Lika-liku yang ia alami selama perjalanan, membunuh fantasi indah saya tentang India dengan bollywoodnya, Nepal dengan kumari devinya, dan China yang begitu... Sesak. Saya sendiri merasa ikut sesak membayangkan bagaimana rasanya menaiki kereta api yang penuh dengan jejalan orang. Dibandingkan dengan kereta api Indonesia beberapa tahun silam, rasanya peluh-sesak itu tak ada apa-apanya. Titik Nol ini juga bolak-balik mengisahkan tentang perjuangan sang mama melawan kanker. Dari sanalah penulis justru menemukan makna perjalanannya sendiri dan menemukan bagaimana rasa keluarga yang sesungguhnya. Agustinus menggambarkan betapa beruntungnya ia selama melakukan perjalanan itu meskipun berulang kali mengalami musibah di negeri orang. Buku ini bukan hanya sekadar kebanggaan penulis karena telah berhasil mencapai tempat-tempat yang sungguh tidak recommended untuk dikunjungi namun luar biasa. Buku ini lebih menceritakan penghargaan penulis mengenai makna perjalanannya, orang-orang hebat yang ia temui selama perjalanan, dan hangatnya keluarga yang ia rindukan. Nice book. Buat yang ngaku backpacker atau traveler, wajib membacanya!
What do You think about Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan (2013)?
Agustinus kembali mengajak jalan-jalan ke negeri "terbuang" dan dikemas dengan sangat apik sekali.
—Evi
Perjalananku bukan perjalananmuPerjalananku adalah perjalananmu.
—Beth
Ujian pertama dalam perjalanan adalah pembuktian kesabaran.
—breathewater