Another short stories, another Nayla, another rhyme.Sepertinya saya mulai lelah membaca kumcer Djenar yang berpola seperti ini setelah sebelumnya saya membaca Saia yang kurang lebih berpola sama. Hanya berbeda pada cerita (yang meskipun tetap saja berpusat pada wanita dengan segala permasalahannya).Satu kelebihan Djenar, meski tidak menyuguhkan cerita yang benar-benar mencapai klimaks, namun membuat pembaca berimajinasi sendiri akan bagaimana akhir dari masing-masing tokoh.Harapan saya pada karya beliau selanjutnya, semoga tidak mengulang pola ini lagi agar tidak menjemukan pembaca. Sebab kalau pola ini terulang kembali, mungkin beliau sudah lelah. Pertama kali membaca Djenar.Cerita-cerita yang disampaikan cukup menarik, namun beberapa cerita mengalir terlalu terburu-buru. Sehingga beberapa kali terasa aneh dan kurang 'nendang'. Seringkali kenikmatan membaca bersumber dari permainan rima kata Djenar. Permainan rima ini, menurutku, menjadi kekuatan tulisan Djenar sekaligus batu sandungan. Kadang memberi nuansa puitis dan nada unik, tapi di banyak tempat membuat 'gerah'. Seperti terlalu sengaja, sementara menurutku lebih baik dibuat mengalir polos saja.
What do You think about T(w)ITIT! (2012)?
cool!11 cerita beda, dengan nama tokoh yg sama. gue terkecoh pas awalnya. hahaha :D
—Kaveesha