Apa yang gw suka dari Pidi Baiq?Dia jenius. Dan seperti apa jenius di mata gw? Mereka tidak lebih orang yang tetap berpikiran melangit luas dengan kebersehajaan yang terus membumi (caelahh, ini quote gw rombak lagi, hahaha). Dia jenius dengan mengemukakan semuanya secara sederhana, dan tetap dalam kondisi 'merendahkan hati' untuk bisa mengungkapkan hasil pemikirannya agar bisa diterima masyarakat. Susah, zaman sekarang susah ngeliat orang pinter tapi tetap dalam kondisi merunduk. Sedangkan Pidi Baiq ini seperti padi, terus merunduk dengan ilmu-ilmu meluas yang ia punya. Luar biasa.Buku ini, sederhana. Aslinya, sebenernya ini buku dengan pemikiran sedikit agak 'filsuf' tapi dikemukakan dengan sederhana. Nah, tapi gw yakin akan ada yang ga ngerti sama tulisan-tulisan dia. Yaitu orang-orang yang TINGGI, yang sombong, yang gak mau membuka pikiran, itu menurut gw. Hahaha.Dan apa yang gw sangat suka dari Pidi Baiq? Di kala semua orang bertarung dalam idealisme mereka terhadap agama, dia keluar sebagai seorang yang sangat toleran. Tapi engga bok, dia sama sekali tidak memuja pluralisme, sekulerisme, liberalisme yang sudah menjadi sebuah pemikiran yang diagung-agungkan tapi justru penyakit dalam agama. Tapi dia ga mengemukakan keIslaman dengan cara radikalisme. Sangat konvensional, sangat halus. Tetap membuka logika, tapi tetap menjaga keimanan.Jadi buku ini adalah kumpulan quote-quote ngawurnya Pidi Baiq yang dibuat dalam bentuk selayaknya kitab. Dikemas secara polos tapi bikin senyum. Senyum kecil di bibir dan perasaan 'NYESS' tiap kali baca. Ada beberapa yang bikin ketawa dan merutuki kekonyolan yang ditulis Pidi Baiq.Intinya... baca! Dan he's my muse on writing by the way. Beberapa malah bilang dia lebih bagus kalau sedang seminar. Harus dateng kalau ada berita Pidi Baiq ngadain seminar! Melahap buku ini tidak perlu memakan waktu lama. Karena buku tipis atau karena isi? Bisa dua-duanya, yang jelas buku tipis tetapi tidak menarik bisa memakan waktu lama untuk menyelesaikannya. Karena bisa jadi si pembaca akan berhenti sebelum selesai dan menuntaskannya di beberapa hari kemudian. Tetapi tidak dengan buku ini. Awal membaca, dari ulasan pengantar, hampir-hampir aku terpedaya, dan hampir berontak, karena dalam ulasan ada semacam penulisan semacam penulisan surat dalam kitab-kitab suci, semacam penulisan ayat. Karena dari sejumlah buku Pidi, buku pertama yang kubaca adalah buku ini, jadi belum kukenal sang tokoh penulisnya dari karyanya yang lain. Ah..berani sekali si penulis menyatir cara penulisan ayat..Ternyataaaa....hahahahaha...aku benar-benar terpedaya.Ayat-ayat yang luar biasa, dan tidak perlu terlalu njlimet untuk menafsirkannya..silahkan, semua orang berhak, tidak perlu ahli tafsir khusus. Pesan moral ? tergantung pembaca. Kalau si pembaca punya empati di hatinya ya jelas dapat melihat sisi moral yang luar biasa. Tetapi kalau si pembaca adalah, maaf..seperti orang-orang yang digambarkan oleh Pidi (orang-orang macam mana? ya silahkan menafsirkan sendiri juga!), ya mungkin menganggap tulisan ini adalah betul-betul ngawur, tidak ada manfaat dan ditulis oleh orang gendeng..sama dengan judulnya.Jadi, terkadang kita tidak perlu mengambil buku-buku yang tebal dengan judul yang muluk-muluk untuk mencari pesan moral dari sang penulis. Atau mencari buku dari pengarang-pengarang tertentu. Karena beberapa kali saya pernah kecewa, pada beberapa pengarang. Ada bukunya yang luar biasa, tetapi setelah kita mencari buku lain karangannya, tidak semenawan buku yang pernah terbaca untuk pengarang yang sama. Buku-buku ngawur seperti inilah yang sesungguhnya memberikan manfaat. Tidakkah semua buku akan meluaskan pikiran kita? All books will open our mind. Jadi buat apa punya pengarang favorit?
What do You think about Al-Asbun Manfaatulngawur (2010)?
agak kecewa..lebih suka sama serial drunkennya.. kangen drunkennya pidi!
—annabella22