Arsitektur Yang Lain: Sebuah Kritik Arsitektur (2011) - Plot & Excerpts
bagi saya pribadi, Arsi Yang Lain termasuk bacaan yang mempengaruhi identitas serta tujuan desain saya dalam proses. dari buku ini saya mengenal arsitek seperti Zumthor, dan kerap mempertanyakan substansi dan definisi utuh dari desain bergaya modern, urban, dan isu recycle sebagai alat branding desainer perseorangan. standarnya kasat.darinya Arsi-Interior bukan sekedar dinding identitas dan entitas dalam ruang, namun lebih. publik berhak bicara banyak, sementara praktisi wajib mengerti. Jika saja buku ini terbit di awal 2000-an mungkin saya tidak akan di cap sebagai orang aneh atau orang yang berpikiran rumit oleh beberapa teman - teman, yang sebagian mereka bahkan adalah mahasiswa arsitektur. Saya sempat mengkritik Palembang dengan mengatakan palembang sedang melakukan pembangunan yang tidak berkepribadian menjelang PON XVI tahun 2004, di buku ini Avianti menulis essai dengan judul "sembarang kota". Avianti mengkritik pembangunan di beberapa kota seperti Bandung, Cirebon dan Palembang dengan mengatakan kota - kota tersebut berlomba menjadi "Jakarta yang Lain".Atau tentang kegenitan orang - orang dengan uang berlebihan untuk membangun rumah dengan ornamen mediteranian yang asal tempel. Avianti menuliskannya dengan bahasa yang lebih ngena "kitsch"tentang pagar, tentang arsitektur untuk orang miskin, avianti juga menulis tentang romo mangun yang membangun daerah pinggiran jogja menjadi layak huni, hal ini pernah menjadi obrolan di kalangan aktivis kampus awal 2000-an.Membaca buku ini seperti menemukan kembali teman berdiskusi yang sekarang sudah menghilang dengan kesibukan masing - masing.
What do You think about Arsitektur Yang Lain: Sebuah Kritik Arsitektur (2011)?
Fragmented as a book, but brilliantly written. I really like the author's style of writing.
—sakina111
saya tidak bisa menahan untuk tidak mengatakan bahwa saya jatuh cinta pada buku ini!
—xVika
bahasa yang unik. mampu membuka sisi lain dari Arsitektur
—SundropNC